Tak Berkategori

Green Kurban, Menebar Manfaat Hingga Ke Seluruh Negeri

SF-UPDATES,– Idul Adha 1437 H, perayaan sekaligus syariat yang menandai penghambaan makhluk pada Rabbnya, akan segera tiba. Umat Islam lekas berbondong-bondong menjalankan syariat kurban, merelakan harta terbaik terenggut demi meraih ridha-Nya.

Turut meramaikan ibadah suci warisan Nabi Ibrahim, Green Kurban-Sinergi Foundation pun kembali hadir. Inisiatif program kurban, yang dikolaborasikan dengan isu lingkungan. Green Kurban resmi diusung di tahun 2013 lalu, sebagai gagasan baru di ranah pengelolaan kurban yang telah dimulai sejak tahun 2002.

Menurut CEO Sinergi Foundation, Green Kurban adalah salah satu ikhtiar menghijaukan bumi. Dari satu hewan yang dikurbankan, turut ditanam satu pohon. Upaya mengemas ibadah dengan nilai tambahnya sedemikian rupa, tanpa mengurangi esensi.

“Sebuah aksi nyata yang diharapkan menjadi solusi atas bumi yang kian tergerus,” kata Ima.

Dalam kurun waktu tiga tahun, Green Kurban telah berhasil menjejakkan kakinya di seluruh penjuru negeri. Sebanyak 12.829 hewan kurban didistribusikan pada lebih dari satu juta warga miskin di wilayah-wilayah terpencil, konflik, rawan gizi, dan wilayah minus lainnya di pelosok Indonesia.

“Bahkan hingga melintas ke negeri jiran, wilayah minoritas muslim di Pattani (Thailand), dan Kamboja,” imbuhnya.

Tak ketinggalan, sebaran penanaman pohon terus digencarkan. Selama 2013-2015, sebanyak 18.501 bibit pohon telah ditanam di daerah yang dianggap menjadi sentra dakwah, misalnya pesantren, di pelbagai penjuru Indonesia. Jenis pohon yang ditanam sendiri, adalah pohon produktif seperti kayu dan buah.

“Dari pohon yang ditanam itu, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan taraf ekonomi penerima manfaat, kelak setelah pohon itu mulai menghasilkan,” jelas Ima.

Kini, di tahun 2016, Green Kurban siap mengelola amanah para pekurban. Hewan-hewan kurban segera rampung didistribusikan mulai ke wilayah Aceh Timur, Lampung, Sukabumi, NTT, hingga Sorong Papua.

“Tanpa menanam pohon, ibadah kurban sudah memiliki keutamaan yang luar biasa. Dengan menambahkan sebuah nilai positif (menanam pohon) yang mengiringi ibadah kita, semoga menjadi bagian dari amal jariyah yang senantiasa mengalirkan kebaikan,” harap Ima. []

Reporter: Aghniya Ilma Hasan

didieto7 September 2016

Tak Berkategori

Siapa Bilang Menanam Pohon itu Penting?

 

Oleh: Ima Rachmalia (CEO Sinergi Foundation)

 

Laman National Geographic melansir hasil riset yang dipimpin oleh ahli geografi Belinda Margono dari University of Maryland, melihat gambar-gambar satelit jangka panjang. Riset tersebut mengatakan antara Tahun 2000 dan 2012, Indonesia kehilangan sekitar 5,02 juta hektar hutan primer. Sebuah wilayah yang hampir seukuran Sri Lanka.

Padahal, menurut studi yang dimuat dalam jurnal Nature Climate Change tersebut, hutan-hutan Indonesia mengandung keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi, termasuk 10 persen dari tanaman dunia, 12 persen dari mamalia dunia, 16 persen dari reptil-amfibi dunia dan 17 persen dari spesies burung dunia.

Lebih luas lagi dalam lingkup global, planet kita saat ini kehilangan lebih dari 15 Miliar pohon setiap tahun (setara dengan 48 lapangan sepak bola setiap menit). Masih menurut laman tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang emisi terbesar terutama dari sektor deforestasi dan degradasi hutan. Perbaikan tata kelola kehutanan memegang kunci dalam pengurangan emisi. Pohonlah yang mampu menopang lingkungan Bumi dari efek negatif pemanasan global.

Bagi sebagian kita, keprihatinan melihat fakta serupa sudah mewujud aksi nyata. Bukan lagi di tataran diskusi, berwacana ria. Green Kurban, hanya secuil inisiatif, untuk menjadi bagian dari solusi atas problematika bumi kita.  

Resmi diusung di tahun 2013 lalu, sebagai gagasan baru di ranah pengelolaan Kurban yang telah dimulai sejak tahun 2002. Total kepedulian yang dihimpun sampai dengan tahun 2015 lalu mencapai 13.730 hewan kurban (setara kambing/domba), dengan akumulasi penerima manfaat mencapai satu juta lebih warga miskin, terpencil, rawan gizi dan wilayah minus lainnya di negeri ini, mulai Aceh hingga Papua. Bahkan hingga melintas ke negeri jiran, wilayah minoritas muslim di Pattani (Thailand), dan Kamboja.

Di pelosok Papua, ujung Timur negeri ini, misalnya. Distribusi hewan Kurban menembus 10 desa di 6 Kecamatan, yang tersebar di Kabupaten Sorong dan Raja Ampat. Di salah satu titik distribusi, Selat Kalobo, perjalanan distribusi hewan Kurban harus ditempuh dengan menyeberang samudera selama sekitar 2 jam dari laut Sorong.

Jika tadi di ujung Timur negeri, hewan kurban amanah donatur sekalian, juga menembus Pelosok Aceh, Provinsi paling Barat Nusantara. Selain didistribusikan untuk para pengungsi Rohingya yang berada di barak pengungsian di Bayeun, Aceh Timur dan Lhok Bani, Langsa, hewan Kurban donatur sekalian juga sampai ke Tiga desa di Dua Kecamatan, Kabupaten Aceh Tamiang. Bahkan untuk menuju salah satu titik, yakni Desa Baling Karang, perjalanan ditempuh dengan menyeberang sungai menggunakan getek, sejenis rakit yang digerakkan menggunakan tali.

Di Lampung, distribusi Kurban menjangkau Tiga dusun di dua kecamatan, yang tersebar di Kabupaten Tanggamus dan Pesawaran. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), wilayah minoritas muslim yang tergolong sebagai provinsi miskin di negeri ini, Alhamdulillah, distribusi hewan kurban amanah donatur sekalian, menjangkau Delapan Desa, Lima Kecamatan di Kabupaten Alor, NTT. Sedang di Jawa Tengah dan Jawa Barat, distribusi menjangkau 58 desa di 44 Kecamatan yang tersebar di 23 Kabupaten.

Adapun penanaman pohon sejumlah hewan yang terhimpun di tahun 2015 lalu, dilakukan di kawasan Terpadu Firdaus Park, Kabupaten Bandung Barat. Maka, dalam kurun waktu 2013-2015, Green Kurban telah menanam sejumlah 18.501 bibit pohon melalui pola kemitraan, dengan skala prioritas di wilayah pesantren, sebagai sentra dakwah di pelbagai pelosok negeri.

Jelang Idul Adha 1437 H, Green Kurban kembali menyapa kita. Bahwa tanpa menanam pohon, ibadah Kurban sudah memiliki keutamaan yang luar biasa. Dengan menambahkan sebuah nilai positif (menanam pohon) yang mengiringi ibadah kita, semoga menjadi bagian dari amal jariyah yang senantiasa mengalirkan kebaikan.

Terima kasih dihaturkan atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami, Sinergi Foundation (SF), untuk mengelola amanah dari segenap insan peduli selama ini. []

 

didieto7 September 2016

Berita

Garis Arsir Kurban dan Penghijauan

SF-UPDATE,– Menanam pohon kini tampak biasa. Dampaknya, memang tak akan langsung terasa. Butuh waktu cukup, untuk menuai hasilnya. Boleh jadi nanti di era generasi pelanjut cita-cita, pohon itu kelak akan terasa manfaatnya. Maka yakinkan, dengan doa dan sejuta harapan, benih pohon yang sekarang  ditanam, kelak akan menjadi warisan tak terperi bagi semesta, pun anak-cucu kita…

Baca selengkapnya

didieto7 September 2016

Berita

Sinergi Foundation Gelar Silaturahim Anak Yatim “Berbagi Bersinergi: Cinta Lingkungan”

sinergi-foundation-gelar-silaturahim-anak-yatim-berbagi-bersinergi-cinta-lingkungan

SF-UPDATES,– Sebanyak 100 anak yatim dhuafa binaan Sinergi Foundation (SF) hadir dalam silaturahim “Berbagi Bersinergi: Cinta Lingkungan”, di auditorium Bandung Trade Center (BTC), Sabtu (3/9/2016). Manajer funding SF, Kosim Akbar menyatakan kegiatan ini tak hanya dijadikan sebagai momen santunan, tapi juga edukasi mengenai lingkungan. “Saat ini lingkungan hijau kita tengah tergerus, banyak yang dijadikan alih…

Baca selengkapnya

didieto5 September 2016

Berita

Rekah Senyum di Kampung Cibaeud

Badai Pasti Berlalu, mungkin kalimat itulah yang cocok untuk menggambarkan kondisi masyarakat di Kampung Cibaeud Desa Cigalontang Tasikmalaya kini. Pasalnya, selipatan episode silam, kampung terisolir dan terintimidasi ini selayang kerap dipandang sebelah mata.   Tak sedikit dari masyarakat Cigalontang yang menjadi kurang percaya diri atau takut bertemu satu sama lain, apalagi dengan orang-orang di luar…

Baca selengkapnya

didieto2 September 2016

Tak Berkategori

Yuk Intip, Pengalaman Aktivis BPD dalam Berdakwah

SF-UPDATE,– Sejumlah aktivis dakwah Sinergi Foundation yang tergabung dalam Beastudi Pegiat Dakwah (BPD) kembali menggelar pembinaan bulanan. Kegiatan tersebut diisi dengan sharing pengalaman dan pengetahuan dakwah. Di antaranya, pengalaman tentang training dakwah di NTT dan Pelatihan Da’i Muda Nasional di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Seperti yang dikisahkan salah satu delegasi yang ke NTT Imas Masitoh, “Walaupun dalam segi pemahaman konsep Islamnya masih minim, namun sebenarnya perilaku orang-orang di NTT itu sangat baik,” ujarnya di aula Gedung Wakaf Bandung, beberapa hari yang lalu.

“Beda halnya dengan masyarakat di perkotaan, yang walaupun akses belajar islamnya sangat terbuka, namun banyak yang akhlaknya belum mencerminkan apa yang dipahaminya,” lanjutnya.

Imas berpendapat, pendelegasian-pendelegasian seperti ini, harus terus dilanjutkan. Pasalnya hal tersebut dinilai sangat bermanfaat untuk para aktivis dakwah.“Agar kita terbiasa berdakwah dengan orang-orang yang baru dan memiliki kebiasaan yang berbeda,” ujar mahasiswi Unisba ini.

Selain Imas, perwakilan Sinergi Foundation yang mengikuti kegiatan training da’i muda se-Indonesia, Yusuf Nurjaman juga turut berbagi pengalaman. “Saya mendapat banyak bekal materi dakwah saat pelatihan. Di antaranya materi Fiqhul Jihad, Dakwah Sosial Media, cum success story Ustaz Subkhi, dan masih banyak yang lainnya,” ungkap Yusuf. Finalis Ajang Akademi Sahur Indonesia (AKSI) ini berharap, dengan sesi sharing tersebut sedikit banyaknya ada yang bisa diserap dan menjadi bekal para pegiat dakwah lainnya untuk menjadi seorang da’i yang mumpuni. []

 

Penulis : Siti Rohimah

Editor : Maharevin

didieto31 Agustus 2016

Tak Berkategori

Di Seminar Lumbung Desa, Founder Kampung Zimba Berbagi Kiat Akselerasi Kemandirian Masyarakat

SF-UPDATE,– Dalam kegiatan Seminar Lumbung Desa yang digagas Sinergi Foundation, hadir juga pemateri founder Kampung Zimba cum pendiri Yatim Online, Baban Sarbana. Pada kesempatan itu, para peserta dibekali ilmu tentang akselerasi kemandirian masyarakat.

“Mungkin awalnya masyarakat itu harus kita supply kebutuhan finansial, namun lambat laun kita juga harus memikirkan bagaimana membangun capacity building mereka. Baru kemudian bila dirasa sudah siap, kita berikan modal usaha,” kata Baban Sarbana di Gedung Wahana Bakti Pos, Ahad (29/08/2016).

“Inilah yang saya sebut sebagai akselerasi kemandirian, bagaimana pembentukan kemandirian sebuah masyarakat kita percepat dengan tahapan tersebut,” lanjutnya.

Tugas para pemberdaya masyarakat menurut Baban adalah mengeksplorasi potensinya. Ia sendiri mengklasifikasikan potensi masyarakat ke dalam tiga hal. Pertama kelompok masyarakat tangan di bawah, tangan di atas, dan tangan di samping.

Ihwal golongan tangan di samping ini, di antaranya anak remaja atau pemuda yang bisa dilatih capacity building-nya. Sehingga dalam pandangannya, bila berhasil diberdayakan bisa menjadi aset golongan tangan di atas.

Hal ini yang sudah ia lakukan di Yatim Online-nya. Mengisi capacity building anak-anak binaanya dengan berwirausaha. Menurut Baban, basis akselerasi kemandirian ini memang harus ditopang oleh pemberdayaan ekonomi. 

Dalam upaya membangun desa berdaulat, Sinergi Foundation menggelar acara Seminar dan Workshop “Lumbung Desa”, di Gedung Wahana Bhakti Pos Bandung, 27-29 Agustus 2016. Selain menghadirkan Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemendes, Ahmad Erani Yustika sebagai keynote speaker, hadir juga ragam tokoh inspiratif Sociopreneur. Di antaranya, Erie Sudewo, TO Suprapto, dan masih banyak lagi yang lainnya. []

 

Penulis : Kevin

Editor : Maharevin

didieto30 Agustus 2016

Tak Berkategori

Dirjen PPMD Kemendes: Desa di Indonesia Belum Mandiri dan Berdaulat

SF-UPDATES,– Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementrian Desa, Ahmad Erani Yustika menyatakan desa-desa di Indonesia masih belum berdaya dan berdaulat secara pangan. Selama puluhan tahun, ada banyak pihak, terutama pemerintah yang memperhatikan masalah agraris. Namun menurutnya, selama puluhan tahun itu pula kedaulatan dan kemandirian belum terjadi di desa.

“Alih-alih, itu justru menyebabkan desa ketergantungan (pada perhatian itu) terus menerus,” katanya, dalam seminar dan workshop “Lumbung Desa” di Gedung Wahana Bakti Pos, Sabtu (27/8/2016).

Sebab itu, Ahmad Erani menegaskan harus adanya rancangan program yang memungkinkan mereka berdaulat, mandiri, dan berdaya dengan kekuatan dan potensi desa itu sendiri. Program itu, katanya, yang kemudian akan mengawal pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan, dan membantu tegaknya desa. Dan hal ini, tak lepas dari peran warga desa sebagai penggerak.

“Pihak lain harus dengan sukarela dalam posisi mendengarkan dan memfasilitasi warga desa. Karena, yang bisa merumuskan dan memutuskan masa depan desa adalah warga desa itu sendiri. Biarlah mereka, dengan pengalaman, pengetahuan, juga kebijakan yang dimiliki, yang mengembangkan desa. Kita ada di luar, hanya mendukung mereka agar tumbuh,” jelasnya.

Ia melanjutkan, sangat penting memberikan pengetahuan baru yang bisa diadopsi untuk pengembangan desa. Kendati demikian, ia menuturkan warga desa tetap harus didampingi dalam menjalankan program tersebut.

“Perubahan yang terlalu cepat akan menimbulkan keterkejutan bagi warga desa, yang kalau salah mendampingi, mereka akan merasa terisolasi dengan perubahan itu. Ini yang membuat partisipasi jadi kurang optimal terjadi di desa,” katanya.

Kaitannya dengan membangun desa, salah satu program Sinergi Foundation menjadi pegiatnya. Adalah program Lumbung Desa, yang berupaya mengembalikan desa kepada khitahnya: desa sebagai sumber pangan Indonesia. Mengangkat harkat dan martabat desa, khususnya para petani.  Dampak luasnya, menciptakan kedaulatan pangan di negeri tercinta.

“Lumbung Desa bertujuan membangun ketahanan pangan dalam bentuk gerakan pembentukan usaha produktif yang berbasis kepada potensi lokal pedesaan, seperti: sawah, kebun, ternak maupun home industry. Upaya ini diwujudkan melalui proses peningkatan produksi,” jelas CEO SF, Ima Rachmalia.

Kini, ikhtiar memajukan desa itu telah dilakukan di dua wilayah: Desa Cigalontang di Tasikmalaya, dan Desa Compreng di Subang. Menurut Ima, skala kebermanfaatan program ini terus menunjukan pertumbuhan. “Kian banyak warga desa yang merasakan manfaat program,” kata Ima.

Ia menambahkan, basis program Lumbung Desa berakar pada konsep social enterprise, yang meniscayakan sebagian keuntungan dari hasil usaha pertanian bersama, dialokasikan untuk kegiatan sosial masyarakat. “Masih perlu pembenahan, namun insya Allah  kelak menjadi desa yang mandiri, berdaya, dan berdaulat pangan,” harap Ima. []

Reporter: Aghniya Ilma Hasan

didieto30 Agustus 2016

Berita

Baban Sarbana: Lumdes, Ikhtiar Pelanjut Bangsa Penuhi Janji Kemerdekaan

SF-UPDATE,– usai menjadi salah satu pemateri di acara Seminar Lumbung Desa, founder Kampung Zimba Baban Sarbana turut memberikan sepenggal testimoni terkait program yang digagas Sinergi Foundation ini. Menurutnya, Lumdes ini serupa ikhtiar pelanjut bangsa, penuhi janji kemerdekaan. “Gerakan Lumbung Desa ini salah satu inovasi memberikan kontribusi untuk Indonesia dari desa,” kata Baban di Bandung, Ahad…

Baca selengkapnya

didieto30 Agustus 2016

Berita

Upaya Bangun Desa Berdaulat, Sinergi Foundation Helat Seminar dan Workshop

upaya-bangun-desa-berdaulat-sinergi-foundation-helat-seminar-dan-workshop

SF-UPDATES,– Dalam upaya membangun desa berdaulat, Sinergi Foundation menggelar acara Seminar dan Workshop “Lumbung Desa”, di Gedung Wahana Bhakti Pos Bandung, 27-29 Agustus 2016. Kegiatan ini juga bermaksud menjaring potensi-potensi pemuda yang berkomitmen membangun perkembangan di desa masing-masing. Dalam kegiatan ini, Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemendes, Ahmad Erani Yustika hadir sebagai keynote…

Baca selengkapnya

didieto29 Agustus 2016

1 304 305 306 307 308 328
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!