Berita

Terkait Aleppo, NGO dan Elemen Umat Islam Demo Kedubes Iran dan Rusia

terkait-aleppo-ngo-dan-elemen-umat-islam-demo-kedubes-iran-dan-rusia

SF-UPDATE,– Luka mendalam kembali dan masih dialami umat Islam di Suriah hingga detik ini. Dilansir dari Al Jazeera, Kondisi wilayah Aleppo pasca agresi militer rezim Suriah, Iran, dan Rusia  sangat memprihatinkan. Bangunan-bangunan luluh lantak, seluruh jaringan telepon dan listrik putus. Bahan bakar minyak tidak ada. Air dan juga makanan pokok juga menghilang. Warga terlunta-lunta tanpa air…

Baca selengkapnya

didieto19 Desember 2016

Tak Berkategori

Bersama Sinergi Foundation, Mari Kita Bantu Muslim Suriah

Dilansir dari Al Jazeera, Kondisi wilayah Aleppo pasca agresi militer rezim Suriah, Iran, dan Rusia  sangat memprihatinkan. Bangunan-bangunan luluh lantak, seluruh jaringan telepon dan listrik putus. Bahan bakar minyak tidak ada. Air dan juga makanan pokok juga menghilang. Warga terlunta-lunta tanpa air dan makanan.

Sahabat, akankah kita berdiam diri melihat penderitaan saudara akidah kita. Mari Salurkan Donasi Kemanusiaan Bapak/Ibu ke Sinergi Foundation untuk para korban di Aleppo yang saat ini banyak sekali fasilitas dan logistik yang dibutuhkan mereka di sana.
 
Ayo #SinergiForSolidarity u/ Aleppo #save_aleppo
Semoga apa yang diberikan menjadi amal sholeh dan semoga rezeki bpk/ibu diluaskan oleh Allah SWT dan menjadikan sisa harta yang ada menjadi suci, Aamiin

Informasi dan Donasi untuk Aleppo
Call Center : 0851 0004 2009
WA : 081 321 200 100
twitter: @sinergiID
http://www.sinergifoundation.org 

didieto14 Desember 2016

Berita

Bangun Masjid Bangun Kehidupan #HelpAceh

bangun-masjid-bangun-kehidupan-help-aceh

SF UPDATE,– Gempa dahsyat 6.4 SR yang menghentak bumi Aceh, serambi Mekah, Rabu 7 Desember 2016 lalu, menyisakan duka mendalam. Selain korban jiwa dan harta benda, masjid-masjid yang menjadi jantung kehidupan umat turut luluh lantak. Masjid at Taqwa Gampong Trienggadeng, Kemukiman Trienggadeng, Kecamatan Trienggadeng Kab Pidie Jaya, satu di antaranya. Masjid ini rusak berat, struktur bangunan…

Baca selengkapnya

didieto14 Desember 2016

Tak Berkategori

Merenung untuk Perubahan

SF-UPDATE,– Mengenang itu belajar. Bukan belaka beromantika, larut dalam euforia kejayaan masa silam. Terlebih bersedu sedan mengingat pedihnya perjuangan para perintis jalan.Tapi  merenung untuk sebuah perubahan, tak berarti melarang air mata untuk jatuh berlinang. Luapan ekspresi cinta, kerinduan yang membuncah akan kehadirannya, teladan terbaik umat sampai akhir hayat. Tentu bukan fisik, tapi warisan teramat berharga bagi generasi-generasi setelahnya. Selama tak berhenti di situ, seperti terdera amnesia sejarah.

Mengenang itu belajar. Bagaimana Pemimpin besar revolusi Islam, Rasulullah SAW selalu memupuk empati terhadap umatnya. Ia berlaku bak pelayan, selalu ingin memberikan yang terbaik. Ia bersikap bak pengayom, tak pernah sudi membebani.

Satu waktu ketika memimpin shalat berjama’ah, sahabat melihat ada yang janggal dari pergerakan Rasulullah dari satu rukun ke rukun yang  lain. Gerakannya sedikit melambat, seperti menahan sakit. Terdengar bunyi gemeretak, seolah sendi-sendi di tubuh pemimpin penuh kharisma itu bergeser.

Tak tahan melihat keadaan junjungannya itu, usai shalat Sahabat Umar ra   langsung bertanya. ‘Yaa Rasulullah, kami melihat tampaknya engkau seperti menahan derita yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”
“Mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami dengar gemeretak suara pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin pasti engkau sedang sakit…” Umar mendesak, penuh cemas.
Demi melihat kecemasan para sahabat di sekelilingnya, akhirnya Rasul mengalah. Ia angkat kemudian jubahnya. Dan pemandangan memilukan pun tampak menyayat rasa. Sekedar menahan lapar, sehelai kain berisi batu kerikil, terlihat melilit perut beliau yang kempis. Kerikil-kerikil itulah sumber bunyi gemeretak, saban kali tubuhnya bergerak.

Betapa terkejutnya para sahabat menyaksikan Pemimpin besarnya itu. 

“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’

Dengan lembut Rasul menjawab, “Tidak sahabat- sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apa yang akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini, terlebih di Akhirat nanti.”

Mengenang itu belajar. Bukan belaka beromantika, larut dalam euforia kejayaan masa silam. Terlebih bersedu sedan mengingat pedihnya perjuangan para perintis jalan.Tapi  merenung untuk sebuah perubahan, tak berarti melarang air mata untuk jatuh berlinang.

(Dikutip dari editorial tabloid Alhikmah)

didieto13 Desember 2016

Tak Berkategori

Tanggap Bencana #HelpAceh, Sinergi Foundation Bangun Masjid Tahan Gempa

SF-UPDATES,– Ribuan bangunan dilaporkan rusak parah akibat gempa 6,5 skala richter di Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12/2016). Menurut Bupati Pidie Jaya, Said Mulyadi, sebanyak 11.668 rumah, 61 masjid, 94 meunasah (mushala), 10 kantor, dan 16 unit fasilitas pendidikan mengalami kerusakan.

Sebab itu, ia menuturkan, pemerintah pun segera turun tangan. Mereka menangani perbaikan ribuan rumah dan fasilitas umum yang hancur.

Namun, tak hanya pemerintah, lembaga dari berbagai elemen pun turut membangun kembali Pidie Jaya. Sebagaimana yang dilakukan Sinergi Foundation, yang memberi perhatian khusus pada pembangunan meunasah (masjid kecil) yang terletak di Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya.

“Mesjid bernama Attakwa ini rusak berat, struktur dan tiangnya banyak yg patah, harus segera dirobohkan,” kata Sepriyanto, tim #HelpAceh Sinergi Foundation yang turun ke lapangan.

Sebelumnya, Masjid Attakwa sudah dibangun sejak 2007, dan sampai tahun ini masih memasuki tahap akhir. Telah hampir satu dekade, masyarakat setempat dari 4 desa bergotong royong membangun tempat ibadah ini. Sepriyanto menjelaskan, saat itu dana utama pembangunan adalah dengan mengumpulkan beras satu genggam per rumah setiap minggunya.

Namun kini, gempa meluluhlantakkan masjid tersebut. Masyarakat setempat terpaksa melakukan shalat Jumat di antara reruntuhan masjid yang berserakan. Padahal, masjid tersebut sudah tidak layak dan harus dirobohkan. Struktur utamanya, kata Sepriyanto, patah-patah dan membahayakan.

Atas kondisi ini, Sinergi Foundation melalui donasi umat, membangun kembali masjid sederhana, dengan konsep tahan gempa. Masjid tersebut berkonstruksi kayu, dengan lantai multiplek. Di bagian atas, dipasang atap multiroof dengan rangka baja.

“Sudah diukur rencana pembangunan masjid tahan gempa di halaman masjid lama. Mesjid sederhana saja, dengan ukuran 12×12.” ujar Sepriyanto. “Butuh aksi segera agar masyarakat bisa melaksanakan shalat jamaah secara memadai,” pungkasnya.

Mari bergabung bersama kami, membantu meringankan beban saudara kita yang sedang ditimpa musibah. Peduli kita, ringankan beban mereka.
 

Salurkan donasi kemanusiaan Anda ke:

BCA 008 305 3485

BNI Syariah 9255 3468

Mandiri 13000 7004 2000

Mandiri Syariah 700 5463108

Bank Muamalat 116 000 1931

a.n Sinergi Foundation
 

Call Center 0851 0004 2009

www.sinergifoundation.org

didieto13 Desember 2016

Tak Berkategori

Bangkitkan Wakaf Produktif, Sejumlah Lembaga Bentuk Forum Skala Nasional

SF-UPDATES,– Badan Wakaf Indonesia (BWI) menginisiasi pembentukan Forum Wakaf Produktif, Rabu (7/12/2016). Ketua BWI, Slamet Riyanto menegaskan terbentuknya forum ini adalah untuk mengarahkan gerakan wakaf produktif ke arah yang lebih maju, lebih massif, dan lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat.

Ia  mengakui perkembangan wakaf produktif di Indonesia saat ini cukup pesat. Meski demikian, agar manfaat wakaf bisa terjangkau ke seluruh segmen masyarakat, masihlah PR besar. Menurutnya, wakaf tak hanya wilayah kerja nazhir dan pemerintah, namun juga sinergi dengan para pegiat usaha, otoritas moneter, jasa keuangan, dan lainnya.

“Sinergi ini terutama untuk peningkatan wakaf produktif. Karena itu, BWI memang penting adanya suatu jaringan, sinergi, dan komunikasi yang baik di antara berbagai pemangku kepentingan. Forum Wakaf Produktif ini adalah langkah awal,” katanya, dalam soft launching forum tersebut di Sari Pan Pacific Jakarta.

Dengan pembentukan Forum Wakaf Produktif ini, Slamet berharap gerakan ini bisa menasional, gairah berwakaf masyarakat lebih tinggi, dan tentu manfaatnya semakin dirasakan masyarakat. Apalagi, ia menuturkan, wakaf pada dasarnya adalah bentuk keabadian harta dan pahala, yang fungsinya untuk kesejahteraan umat.

Meski baru dibentuk, Forum Wakaf Produktif telah beranggotakan lembaga yang professional concern membahas hal ini. Di antaranya Badan Wakaf Indonesia (BWI), Sinergi Foundation (Wakafpro), Dompet Dhuafa, Wakaf Al-Azhar, Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa (ESQ), Perhimpunan BMT Indonesia, Global Wakaf, Rumah Wakaf, Wakaf Daarut Tauhiid, dan Wakaf Bani Umar.

Dukungan atas forum ini diutarakan oleh Deputi Direktur Bank Indonesia, Ascarya. Ia menjelaskan, ketika krisis tahun 1997-1998, sektor ekonomi syariah yang salah satunya wakaf, mampu bertahan saat sektor ekonomi konvesional tumbang. “Maka kami sadar bahwa kita harus memperkuat sektor ekonomi syariah,” tandas Ascarya. []

didieto8 Desember 2016

Tak Berkategori

Kisah Pendiri RBC: Episode dari Sudut Mushola Pasir Kaliki

“Tidak ada yang kebetulan. Peristiwa ini tidak akan kami lupakan seumur hidup, seakan Allah memberikan pertanda, clue, bahwa inilah jalannya, jalan pengabdian kami,”

Mimpi?

Apakah ini mimpi? Atau benar-benar nyata?

Seakan tak percaya. Ingatannya melompat ke 12 tahun silam, saat mendapati dirinya berada dalam sudut mushola mungil selebar tak lebih dari 5 x 5 m. Di hadapannya, teronggok seorang Ibu hamil 9 bulan dengan perut yang sudah membuncit, lemah dengan tatapan kuyu. Darah sudah nampak merembes.

Apa yang bisa ia lakukan? “Mungkin ini adalah jalannya,” gumannya dalam hati. Sepenggal 2004, dalam panas yang lengas, dua orang mahasiswa tingkat akhir D4 Kebidanan Unpad ini datang ke kantor Sinergi Foundation ingin ‘mewakafkan’ profesinya sebagai bidan.

“Saat itu ada program semacam infak profesi, kami ingin berikan kemampuan kami untuk umat,” kenang Giari Rahmilasari yang kala itu datang bersama Ari Indra ke Jalan Pasir Kaliki no 143. Kali pertama dua orang ini datang, disambut oleh pengelola Sinergi Foundation.

“Kami diskusi, apa yang bisa kami lakukan. Kebetulan tahun kemarinnya (2003) ada program bersalin ramadhan gratis,” kata Giari kepada Alhikmah di Stikes Aisiyah Bandung, medio Oktober 2016. Sambil mengobrol, tiba-tiba seorang staf SF ada yang datang.

“Teteh bidan kan? “ katanya terengah. Giari dan Ari melongo. “ia, memang kenapa?” “Itu ada yang mau melahirkan!” katanya.

“Itu ditangga teh,” katanya sambil menunjuk ke belakang. Peserta diskusi di lantai dua beringsut menuju tangga.

“Saat itu saya lihat ada ibu-ibu hami besar sedang duduk ditangga,” kenangnya. Para lelaki yang ada di sana membopongnya ke atas, di dalam sudut ruangan mushola. Giari dan Ari Indra nampak berusaha menenangkan si Ibu.

“Walau saat itu kami nggak ada persiapan apapun bahkan kami tidak memakai sarung tangan,” kenangnya. Diatur sedemikian agar si Ibu dapat melahirkan normal. “Waktu itu ternyata si kepala bayinya sudah kelihatan,” katanya. Dengan sabar dan tertatih, akhirnya si bayi bisa keluar namun tali pusar masih berpilin dengan sang Bunda.

Giari saat itu segera berlari keluar, berusaha mencari pinjaman alat yang dia temukan di Poltekes Bandung. “Kebetulan dekat di situ, sama kenalannya Ari Indra tadi, akhirnya dipinjamkan, mereka percaya,” katanya.

“Akhirnya sibayi kita pakaikan sarung dan muke untuk bedong,” kenangnya setelah akhirnya talipusar berhasil dipotong. Seisi ruangan terenyuh melihat bayi yang lahir di sudut mushola kantor SF. “Padahal si ibu ke situ bukan buat melahirkan, dan kebetulan saya sedang di sana, tapi melihat hal tersebut, tidak ada yang kebetulan,” lirihnya.

Si ibu, berasal dari Cililin Cijenuk Bandung Barat. Menumpang angkutan umum, hingga berjalan kaki berkilo-kilo si ibu ditemani seorang anak perempuannya mencari suaminya yang katanya pergi ke Bandung untuk mencari biaya persalinan istrinya kelak.

Tak ditemui, si Ibu mendatangi kantor SF di Pasir Kaliki untuk meminta biaya pulang ke kampungnya karena kehabisan ongkos. Saat itu pula, Giari dan kawannya, Ari Indra sedang ada di Kantor untuk bersama mengejar mimpinya, sebuah klinik bersalin bagi para kaum papa.

Lantas, apa yang terjadi? Rupanya jalan memeluk mimpinya mulai terkulai lebar.

 “Peristiwa ini tidak akan kami lupakan seumur hidup, seakan Allah memberikan pertanda, clue,bahwa inilah jalannya, jalan pengabdian kami,” tekad Giari.

Bolehkah kita bermimpi?

Dan kini, dua belas tahun kemudian, harapan sang bunda dari sudut mushola telah bermetamorfosis menjadi sebuah bangunan kokoh dengan tulisan: Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC).

Kini, ditemai relung cahaya yang membelai lembut ruang kerjanya, Giari termenung. Matanya berkaca-kaca. Apakah impiannya kini sudah terwujud? Apakah ini mimpi? Apakah ini benar-benar nyata ya RabbSubhanallah!

Di Rumah Bersalin bercat ramah itu, kini, dilahirkan wajah-wajah lugu nan lucu manusia saat kali pertama menatap dunia. Enam ribu tujuh ratus kelahiran bukanlah angka yang sedikit. Terbayang luapan kegembiraan ayah dan bunda. Terbayang raut haru keluarga mungil itu. Wajah kaum papa yang sehari-hari hidup di jalanan, kini memeluk buah hati mereka.

Masih segar dalam ingatannya, seorang Ibu datang tergopoh-gopoh menaiki beca, sebagai pasien pertama RBC di Holis, sepenggal 2004. Bangunan itu masih kontrakkan: 2 ruang nifas, 1 ruang bersalin, juga ruang serba guna tempat mereka berempat, dengan formasi satu dokter (Tito Gunantara), dua bidan (Giari dan Ari) dan satu layanan mustahik (Dian), memeluk mimpi-mimpinya.

Kini, Giari termenung sejenak. Apakah ini mimpi? Apakah ini benar-benar nyata? Wajah kaum pinggiran yang tersisih terukir sangat jelas. Senyum jarang merekah para ayah yang sehari-hari berjuang melawan kerasnya kehidupan jalanan.

Ucapan terima kasih yang benar-benar tulus. Air mata yang tumpah. Setandan pisang yang mereka bawa sebagai rasa syukur. Kenang-kenangan manis para para bidan yang begitu ulet melayani kaum papa ini. “Ada kebanggaan sendiri, bahwa pasien kami adalah para dhuafa, tapi profesionalitas kami tetap prima,” katanya.

Bagi Giari, episode dari sudut mushola merupakan jawaban atas panggilan hatinya saat datang ke kantor Sinergi Foundation. Panggilan jiwa yang sebenarnya sudah membuncah, bahkan sejak ia kecil.

“Ibu saya bidan. Dari kecil saya sudah melihat bagaimana tentang dunia kedokteran dan perbidanan,” kenangnya. Walhasil, Giari kini meneruskan jalan takdir sang Bunda. Setelah lulus dari SMUN 82 Jakarta, ia melanjutkan pendidikan D3 ke Poltekes Harapan Kita Jakarta dan lulus tahun 2003.

Sempat sejenak berpraktek di Jakarta, pada tahun 2004 dibuka program D4 Perbidanan di Unpad, dan saat itu ia mendaftar. Di sanalah, ia mulai kembali mengenangkan ajaran sang Bunda, hingga pengujung semester,i ia tekadkan untuk berkhidmat untuk umat.

“Karena dulu mama pun begitu. Pernah, malam-malam rumahnya digedor-gedor orang yang ingin melahirkan. Juga banyak rupanya warga yang tidak mampu yang mama tolong,” kenang Giary.

Menurut Giari, orang tuanya yang bergelut di dunia sosial membuat jiwa sosial Giari tumbuh. “Saya dididik orang tua dengan hal-hal sederhana, bergaul dengan siapa saja, ditambah saya punya kemampuan, kita sedekahkan kemampuan kita,” tegasnya.

Kini, tak ada lagi kisah seorang Ibu harus melahirkan di mushola. Tangis menyeruak setiap saat dari sudut Rumah Bersalin Cuma-cuma. Bidan-bidan berburu praktek di sana. Para mustahik berdatangan. Kaum papa tersenyum bangga. Tua muda bersua, beberapa tokoh mengunjunginya. Hanya syukur terlafal dari bibir Giari.

Apakah mimpi dapat menjadi kenyataan? Pembaca sudah tahu jawabannya.

Bermimpilah, dan berjuanglah, hingga suatu saat Tuhan memeluk mimpimu!

Reporter: mr

didieto8 Desember 2016

Tak Berkategori

Peneliti Asal Jepang Isi Pembinaan BPB, Bahas Kebersihan Lingkungan

SF-UPDATES,– Ada yang berbeda dari pembinaan Beasiswa Pemimpin Bangsa (BPB) kali ini. Pada Rabu (7/12/2016), pembinaan diisi oleh seorang peneliti asal negeri Sakura, Kodai Sumiya. Puluhan penerima manfaat BPB nampak bersemangat mendengar ilmu darinya.

Tak heran. Pada kesempatan tersebut, pria berusia 23 tahun ini membagi pengalamannya. Di umur belia, ia telah berhasil berkeliling ke banyak negeri, seperti Belanda, Inggris, Perancis, dan kini Indonesia. Ia pun sedikit berkisah tentang kebudayaan negeri Jepang. Menginjak kaki selama 9 hari di Nusantara, ia merasakan banyak perbedaan.

Salah satunya perihal objek yang ia teliti, yaitu kebersihan. Kodai datang ke Indonesia memang dalam rangka menjalankan penelitian tentang kebersihan aliran sungai. Untuk itu, ia sendiri sempat mengobservasi Sungai Cimanuk di Desa Ciminting. Ia menilai, sebab banyak sungai yang telah tercemar, sehingga fungsi sungai sebagai sumber air minum, maupun fungsi industri pertanian dan peternakan jadi tak maksimal.

“Karena masih terjaga, di Jepang kita bisa langsung meminum air sungai tanpa harus terlebih dulu dimasak,” ungkap penempuh Magister Teknik Sipil dan Lingkungan di di Tsukuba University Jepang ini.

Kendati demikian, ia menegaskan masyarakat tak boleh berkecil hati. Bukan berarti masalah sungai di Indonesia tak bisa diatasi. Menurutnya, perlu ada edukasi terkait kebersihan lingkungan, sehingga pengethuan akan hal tersebut meningkat, dan masyarakat semakin tersadarkan.

“Jika edukasi terus dilakukan, saya yakin kondisi kebersihan sungai di sini perlahan akan berubah,” pungkasnya.

Reporter: Agung, Nurodin

didieto8 Desember 2016

Tak Berkategori

Diguncang Gempa 6,4 SR, Mari Ulurkan Tangan #HelpAceh

SF-UPDATES,– Kabupaten Pidie Jaya, Aceh digoncang gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter. Menurut BMKG, kedalaman pusat gempa yang terjadi pada pukul 05.03 pagi itu hingga 10 kilometer, dan berada di timur laut Pidie

Akibat kejadian ini, puluhan ruko dan rumah warga ditengarai hancur, serta sejumlah tiang listrik roboh. Guncangan kuat pun terjadi di sejumlah daerah, seperti Busugan, Meukobrawang, Pangwabaroh, Meukopuue, Tanjong, Meukorumpuet, Panteraja, Angkieng, dan Pohroh pada skala intensitas III SIG-BMKG (VI MMI).

"Seluruh wilayah ini diperkirakan berpotensi mengalami dampak gempa bumi berupa kerusakan ringan seperti retak dinding dan atap rumah bergeser. Ini sesuai laporan sementara dari zona gempa bumi bahwa gempa bumi ini memang menimbulkan kerusakan di berbagai tempat," jelas Riyadi, staf BMKG, dikutip dari Detik.

Sementara itu, masyarakat pun segera berbondong-bondong mengevakuasi diri. Mereka berhamburan keluar rumah, dan mengungsi ke lokasi-lokasi perbukitan.

Mari bergabung bersama kami, membantu meringankan beban saudara kita yang sedang ditimpa musibah. Peduli kita, ringankan beban mereka. Yuk, salurkan bantuan anda melalui transfer donasi.
 

Salurkan donasi kemanusiaan Anda ke:

BCA 008 305 3485

BNI Syariah 9255 3468

Mandiri 13000 7004 2000

Mandiri Syariah 700 5463108

Bank Muamalat 116 000 1931

a.n Sinergi Foundation
 

Call Center 0851 0004 2009

www.sinergifoundation.org

didieto7 Desember 2016

1 308 309 310 311 312 340
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!