SF-UPDATES,– Salah satu bidan Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC), Risya membagi pengalamannya saat melayani member, Senin (14/8/2017). Berikut cuplikannya:

Hai, Assalamu’alaikum.. Kali ini aku pengen cerita, sekaligus berbagi kisah tentang mustahik yang datang ke RBC. Setelah kejadian ini, aku jadi berpikir, masya Allah, kemanain aja yaa nikmat Allah yang udah Dia kasih?

Oke, jadi gini.. Ini pasien pertama aku pagi ini. Dia dateng pagi dianter seseorang (yang mungkin) suaminya, katanya mau kembaliin hasil USG dari dokter spesialis yang minggu lalu kita rujuk ke dokter konsulen kita. Nah, respon pertama pas ibu itu bilang mau kembaliin hasil USG, aku heran. Dalam hati aku bertanya-tanya. “Kok baru sekarang dikasihin? Kenapa ga pas tanggal 7 kemarin?”.

Tapi aku coba tanya, “Ibu, kenapa hasil USG-nya baru dikasihin sekarang? Kan ibu di-USG tanggal 7?”

“Iya teh, saya kemarin teh ga punya ongkos buat kesini,” dia bilang dengan wajah malu-malu.

Deg! Di situ aku langsung diem. Aku coba buka rekam medisnya. Ya Allah, ternyata alamatnya ga jauh-jauh amat dari kost-an aku, dan itu cuma pake ongkos sekitar 2.000 rupiah. Uang segitu kita pakai biasanya buat apa sih? Parkir motor? Toilet umum? Jajan aja udah ga berasa sama uang 2.000 itu. Mungkin udah kita anggap ‘kecil’ ya uang 2.000 itu. Tapi ternyata buat orang lain, 2.000 itu punya arti dan punya harga.
.
Akhirnya oke, aku periksa pasien itu dan ternyata dokter spesialis kami menyarankan untuk rencana persalinan di Rumah Sakit. Aku kasih konseling ke ibunya, disitu aku lihat lagi wajah ibunya keliatan sedih, terus dia nanya, “Berarti harus pakai uang sendiri teh?”

Aku refleks bilang, “Engga Bu, sekarang kan ibu sudah jadi member RBC. Makanya apapun tindakan persalinan atau dimanapun tempat persalinan nanti, insya Allah RBC yang tanggung,”

Seketika aku lihat wajah ibunya langsung lega. “Insya Allah bu kita bantu. Jadi sekarang ibu tenang aja, gak usah banyak yang dipikirkan,” kataku sambil tersenyum. Lalu pas pulang, karena melihat dia ga ditungguin sama (yang mungkin) suaminya, jadi kita inisiatif kasih dia ongkos pulang.

NB: Cerita ini bukan buat berniat riya’ atau ‘mengecilkan’ keadaan dia sebagai pasien dhuafa, tapi aku cuma pengen share sama temen-temen. Kalo misalnya kita punya rezeki, meskipun itu sedikit, coba deh share sama sekitar. Karena mungkin menurut kita itu kecil, tapi lain halnya dengan mereka yang membutuhkan. []

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!