Di tapal batas negeri itu, mereka teranaktirikan. Kehidupan warga Sebatik begitu kompleks. Mereka tinggal di pulau yang terisolir dan terpencil, bahkan terbilang lebih dekat dengan negeri tetangga, Malaysia. Sebab masalah itu, pemerintah tak banyak memasok kebutuhan pokok untuk warga pulau tersebut.

WNI di Sebatik, hidup serba kekurangan, dan kesulitan akses terhadap sumber daya-sumber daya ekonomi yang sulit dan terbatas jumlahnya. Bahkan untuk sekadar transaksi jual-beli, mereka justru banyak menggunakan ringgit. Bukan karena tidak ada nasionalisme, tapi dari negeri tersebutlah mereka bisa membeli makanan pokok, gas, hingga pasokan air.

Di tengah kesulitan hidup itulah, Green Kurban hadir menyapa mereka. Menghibur mereka dengan kurban dari insan peduli. Tepatnya di camp pekerja Sawit Bernyoko, Sebatik Kab Nunukan, patok 12 perbatasan Indonesia-Malaysia Kalimantan, Green Kurban menyalurkan satu ekor sapi. Telah puluhan tahun warga Sebatik tak pernah mengenal daging kurban. Tak ada yang sanggup berkurban, karena untuk hidup sehari-hari saja kepayahan.

“Saya 21 tahun bekerja di Bernyoko Estate, dan ini pertama kalinya ada kurban,” kata Yusuf, mandor di camp tersebut.

“Waktu sapi kurban datang, mereka bertanya: apakah kami harus membayar kurban ini? Apakah sapinya dipotong dari gaji kami? Saya bilang tidak, ini sumbangan dari donatur Sinergi Foundation,” kata Yusuf.

 

Tak ayal, warga terkesan. Mereka sangat bersyukur dan senang. Akhirnya, setelah sekian tahun, mereka bisa memotong kurban! Di hari biasa saja, mereka amat jarang mengonsumsi daging. Alhamdulillah, Idul Adha kali ini begitu istimewa…

“Terima kasih Sinergi Foundation! Salam dari saudara-saudara se-tanah air di perbatasan!” kata mereka haru. []

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!