Setiap pasangan yang telah terikat dalam pernikahan, pastilah mendamba sosok anak dalam mahligai rumah tangga. Sosok anak tak hanya menjadi penghibur saat lara kehidupan menghampiri, tapi juga penoreh tawa.

Lantas, seperti apa kedudukan anak dalam Islam? Apakah hanya sekadar penyempurna sebuah keluarga?

Sahabat, mari simak selengkapnya dalam penjelasan berikut ini.

1. Anak sebagai anugrah Allah SWT yang wajib disyukuri.

Ada 3 peristiwa dalam perjalanan hidup manusia yang banyak di rahasiakan oleh Allah SWT yaitu kelahiran, jodoh pernikahan dan ajal kematian.

Syukur atas anugrah nikmat Allah Ta’ala dalam keturunan ialah dengan Taqarrub kepada Allah SWT (tahmid, sujud, shalat) dan mengurus, membesarkan, mendidika anak sesuai dengan tuntunan Allah Ta’ala.

2. Anak sebagai amanah atau titipan dari Allah SWT yang harus di pertanggungjawabkan didunia dan di akhirat “Jangan sampai anakmu menjadi musuhmu di akhirat nanti”.

3. Anak sebagai (zinah/hiasan hidup) dan sebagai fitnah (ujian) hidup. Anak bisa menjadi perekat keluarga tapi bisa sebaliknya. Anak bisa menjadi kebanggaan dan kemulyaan keluarga dan bisa sebaliknya.

4. Anak sebagai pelanjut keturunan, sebagai penerima waris dan juga pengganti penanggung jawab atas urusan orang tuanya (hutang dan sebagainya).

Keberhasilan sebuah rumah tangga harus nampak pada anak yang lebih baik, lebih cerdas, lebih soleh, lebih berprestasi daripada ayah dan ibunya. (contoh perhatian terhadap keturunan pada Ibrahim, Zakaria dan Dawud).

5. Anak sebagai Qurota’ayun dan Imnamal Lillmuttaqin. (Doa Ibadurrahman QS Al Furqon) sebagai salah satu unsur Dzurriyah Thoyyibah.

6. Anak sebagai investasi abadi setelah orang tuanya wafat.
Ada 3 investasi abadi, yang pahalanya akan terus mengalir walaupun orang tuanya telah wafat yaitu shadaqah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang selalu mendoakan.

www.sinergifoundation.org

Assalamualaikum, Sinergi Foundation!