SF-UPDATES,– Tak ada hal yang paling ditunggu setelah menanam, selain memanen. Momen ini adalah hasil yang dituai dari jerih payah dan kucuran keringat para petani yang di siang terik hingga sore bercocok tanam di sawah-sawah mereka. Dalam asa, mereka berharap dan berdoa agar hasil panen memuaskan dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga, minimal persediaan beras untuk konsumsi sehari-hari.
Ahad (01/04/2018), lahan wakaf Lumbung Desa Compreng telah siap dipanen. Setelah masa tanam di bulan Desember 2017, padi varietas Muncul yang ditanam di lahan yang kurang lebih seluas 50 bata (0,07 Ha) ini, tiba saatnya untuk dipetik hasilnya.
Pukul 09.00 WIB, SDM yang ditugaskan untuk mengarit dan melakukan perontokan gabah telah datang ke kantor LD Compreng. Petani yang melakukan proses panen adalah warga sekitar RT 03 Dusun Kiarasari, mereka adalah Pak Kamdani, Pak Karso dan putra dari Pak Kamdani. Pengaritan dilakukan dengan cara manual dengan pembagian satu orang bertanggung jawab menyelesaikan 1 petak sawah.
Tak berapa lama. proses panen selesai dan akan dilanjutkan dengan perontokan gabah. Namun dikarenakan tengah masuk masa panen di kawasan Compreng, penyewaan mesin perontok gabah mengalami pelonjakan permintaan.
Alhasil, perontokan gabah baru dapat dilakukan pada sore hari menjelang maghrib. Sehari setelah panen, Kang Tatang sebagai staff PD. Madani yang melakukan penimbangan gabah hasil panen lahan wakaf menyatakan, hasil timbangan kotor yang didapat sebesar 514 Kg. Adapun pengupahan bawon untuk 3 buruh tani menggunakan perbandingan 6:1. Hasil bersih yang didapatkan PD. Madani setelah pembagian upah bawon kurang lebih 250 kg (2,5 Kwintal).
Hasil yang demikian melimpah ini tak hanya dinikmati warga sekitar desa saja, pun dikirimkan ke wilayah sekitar Jabodetabek, Bandung, dan Bogor.
Lumbung desa merupakan program ketahanan pangan dalam bentuk gerakan pembentukan usaha produktif yang berbasis kepada potensi lokal pedesaan, seperti: sawah, kebun, ternak maupun home industry. Upaya ini diwujudkan melalui proses peningkatan produksi. Inti Lumbung Desa adalah mengembalikan desa kepada khitahnya: Desa sebagai sumber pangan Indonesia.Mengangkat harkat dan martabat desa, khususnya para petani. Dampak luasnya, menciptakan kedaulatan pangan di negeri tercinta. []
(Ditulis oleh Andrian Nur Ramadhan – LD Madani Compreng, Subang)