SF UPDATE –, “Kang, saya nitip surat ya untuk ibu. Semoga aja dengan surat ini ibu berkenan untuk menjenguk saya, walau hanya sekali. Itu sudah cukup.”
Bimbingan Rohani (Bimroh) adalah salah satu program dakwah dari mahasiswa penerima Beastudi Pegiat Dakwah (BPD) Sinergi Foundation. Tahun 2015 kemarin, program bimroh sedikit diberikan penyegaran. Selain di tempat-tempat masyarakat dhuafa sebelumnya, salah satunya, bimroh dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Sukamiskin.
Kamis, (17/12/2015), saat itu menjadi pemandangan yang mengharukan. Seluruh peserta Bimroh diminta menuliskan sepucuk surat cinta untuk ibunya. Tangan-tangan kecil mulai menari-narik di atas kertas yang dibagikan. Juga lengan-lengan berotot yang berhias tato turut sibuk menggoreskan pulpennya, menuangkan perasaan rindunya yang tertumpuk entah sedari kapan.
Sementara yang lain terlihat serius menggoreskan kalimat demi kalimat. Sesekali ada juga yang bercanda. Di sela itu, terdengar suara sesegukan. Ketika dihampiri oleh pementor, IM (inisial) mengakui kebingungan untuk menulis surat cinta tersebut, lantaran ibunya sudah dipanggil keharibaan-Nya. Innalillahi..
Tetiba kemudian, ada seorang anak yang lain datang menghampiri, menyerahkan secarik surat cinta yang ditujukan untuk ibunya ke salah seorang pementor. Dengan nada yang getir, kidung rindunya begitu bergemuruh.
“Kang, saya tidak tahu, apakah ibu marah atau tidak ke saya, yang saya tahu saat ini saya ingin bertemu dengan Ibu,” ucap remaja asal jakarta Barat itu.
“Kang, saya nitip surat ya untuk ibu. Semoga aja dengan surat ini ibu berkenan untuk menjenguk saya, walau hanya sekali. Itu sudah cukup,” ucapnya getir, namun masih bisa menahan air kesedihannya.
Sepenggal momentum itu benar-benar terlukis di depan mata. Ini bukan tayangan sinetron yang tersaji ketika prime time. Pembaca, membaca satu persatu setiap surat yang dibuat peserta bimroh, ternyata hanya satu yang mereka ungkapkan, kerinduan untuk segera berjumpa dan berkumpul dengan keluarga, terkhusus ibunda tercinta di rumah.
Syahdan, beruntunglah kita yang hingga saat ini masih menikmati hari-hari dengan ditemani ibu kita. Secarik rindu yang dititipkan ini, memberikan saya hikmah, agar menghargai setiap lipatan episode bersama keluarga, terkhusus Ibu.
(Irwanto/BPD-SF)