Oleh : Ima Rachmalia*
Dalam penelitian Middle Class Consumer Studies, sang periset Yuswohady menyebut wakaf sebagai the next big thing. Terutama jika diproduktifkan, manfaat yang ditebar jauh lebih maksimal. Yuswohady mengumpamakan salah satu percontohan wakaf di Bangladesh, di mana ada Social Islami Bank Ltd yang memanfaatkan aset wakaf untuk mengentaskan kemiskinan di negeri tersebut.
Melalui wakaf produktif, sebuah aset, misal tanah, dapat dimaksimalkan untuk membangun masjid dan sekaligus pusat perbelanjaan, yang kelak hasilnya dipakai untuk menyejahterakan masjid dan lingkungan sekitar. Tentu, ini tak akan mengurangi nilai benda yang diwakafkan.
Lalu, kita seketika ingat pada WakafPro-Sinergi Foundation yang telah lama berkiprah. Kehadirannya dinanti saat mindset dan paradigma baru tentang dunia wakaf mengemuka. Wakaf, bisa diproduktifkan, dan bahkan secara fikih, wakaf itu memang harus berkembang. Wakaf dalam bentuk uang itu bisa. Dan wakafnya itu sendiri bisa diusahakan dalam pelbagai bidang.
Di ranah wakaf, sepak terjang WakafPro–Sinergi Foundation lama dikenal. Terbaru, pada 2016 lalu, Rumah Makan Ampera berbasis wakaf produktif pertama di Indonesia, resmi diluncurkan. Ini menjadi tonggak penting bagi Ampera dan Sinergi Foundation untuk berkolaborasi, memulai sebuah dedikasi demi kemanusiaan. Menginjak lebih dari 1,5 tahun, rupanya capaian perbulan aset wakaf ini terus meningkat.
Aset yang dimiliki Wakafpro–Sinergi Foundation pun terus bertambah. Mulai dari wakaf gedung yang disewakan dan menghasilkan profit yang lumayan besar dari gedung yang dinamakan Gedung Wakaf. Ada juga pengelolaan Apotek, hingga usaha pakaian dan makanan yang terus dikelola secara profesional. Tentu, semua hasilnya diarahkan untuk mereka, mauquf alaih, yang membutuhkan uluran tangan.
Dalam membangun WakafPro, kami siap menjunjung 3 hal. Pertama, produktif, dalam arti harus menghasilkan karena wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah menghasilkan dimana hasilnya dimanfaatkan sesuai dengan mauquf alaih. Kita tahu, wakaf memiliki dampak berkelanjutan. Bisa jadi wakafnya sekali, tapi dampaknya berkali-kali, berkelanjutan. Sehingga kebaikan demi kebaikan dari para wakif terus berjalan.
Kedua, profesional. Wakaf digiatkan dengan cara membangun dan menata semua bagian yang ada dalam usaha dengan profesional. Profesional dengan melakukan sesuatu dengan terencana, terprogram, dan tentu tepat sasaran dengan harapan dan tujuan hasil yang optimal, yakni membina maslahat umat.
Ketiga, menjadi problem solving atas permasalahan umat. WakafPro menjadi solusi, dalam kaitannya secara fungsional berupaya memecahkan masalah-masalah kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan, dan kesenjangan sosial akibat perbedaan dalam kepemilikan kekayaan.
Potensi wakaf ini seperti ‘harimau tidur’. Selama ini yang digemborkan adalah zakat-infak, padahal bila potensi ini digali lebih maksimal, sangat mungkin berdampak bagi kesejahteraan masyarakat. Dibanding dahulu, berkembangnya wakaf kontemporer adalah tantangan tersendiri. Dengan dana wakaf yang terus berkembang, tanpa mengusik pokoknya, semoga mauquf alaih bisa menerima manfaat dengan maksimal.
Kini, PR-nya adalah bagaimana kemudian keberadaan lembaga wakaf itu sendiri bisa menumbuhkan kepercayaan, agar pewakif (orang yang berwakaf) mau menyalurkan dananya. []
*Penulis adalah CEO Sinergi Foundation