Dibanding dahulu, berkembangnya wakaf kontemporer adalah tantangan tersendiri. Dengan dana wakaf yang terus berkembang, tanpa mengusik pokoknya, semoga mauquf alaih bisa menerima manfaat dengan maksimal.
Syahdan, dikisahkan dalam artikel “Amal Abadi Sahabat Nabi” di Inspirasi Utama Tabloid Alhikmah edisi Maret 2015 lalu, ada satu sumur yang menjadi sumber mata air lahan sekitarnya, hingga ditanam kebun kurma. Rakyat Madinah memanfaatkan kurma untuk berdagang, dan hasilnya dimanfaatkan untuk umat.
Utsman bin Affan membebaskan sumur Raumah itu dari Yahudi, yang ketika itu sangat dibutuhkan oleh kaum muslimin. Utsman tanpa berpikir panjang mengulurkan tangan, membebaskan sumur tersebut, untuk kemudian ia wakafkan bagi kemaslahatan umat.
Ribuan tahun berlalu, manfaatnya tak berhenti, terus mengalir. Hotel berbintang atas nama beliau pun berdiri megah, tempat singgah para peziarah. Hasilnya? Tentu untuk kemanfaatan umat yang seluas-luasnya.
Kini konsep wakaf produktif semakin mengemuka, karena maslahatnya yang begitu terasa. Pun, di Indonesia, lembaga pengelola wakaf produktif belakangan mulai bermunculan. Namun telah sejak bertahun-tahun lalu, Sinergi Foundation sudah membangun dan menguatkan portofolio program-program berbasis wakaf, yang berbasis sosial, produktif, maupun gabungan keduanya.
Adalah Warung Nasi Ampera, yang menjadi salah satu concern Sinergi Foundation yang melalui kiprah fenomenalnya sejak 2009, berikhtiar membumikan paradigma ‘baru’ tentang dunia wakaf.
“Secara fikih, wakaf itu memang harus berkembang. Namun demikian, wakaf produktif masih menjadi barang baru bagi masyarakat. Maka tatkala digulirkan, masih perlu edukasi, bahwa ternyata wakaf dalam bentuk uang itu bisa. Dan wakafnya itu sendiri bisa diproduktifkan dalam pelbagai bidang, salah satunya di bidang bisnis kuliner,” kata deputi CEO Sinergi Foundation, Asep Irawan.
Maka, sejak hampir dua tahun berdirinya aset wakaf ini, tepatnya di awal 2016, Asep menyebut capaian yang diraih sangat positif. Terhitung, setiap bulannya, Warung Nasi Ampera mencapai rata-rata omzet sebesar 500-600 juta rupiah perbulan, atau 20 juta setiap harinya.
Keuntungan dari wakaf produktif ini, katanya, akan disalurkan pada mauquf alaih. Lain hal dengan zakat yang aturan mustahik dan besaran zakatnya jelas, aturan dalam wakaf jauh lebih luwes dan fleksibel. Hanya tentu, katanya, penerima manfaat akan tetap didominasi oleh kaum pinggiran.
Meneguhkan diri sebagai lembaga independen milik publik yang concern mendorong pengembangan kreativitas dan inovasi sosial-pemberdayaan berbasis Wakaf Produktif dan ZIS (Zakat, Infaq- Sedekah), tentu bukan hal mudah. Namun dengan kiprah yang selama ini dijalani, ini bukan pula suatu yang mustahil digapai.
Pun di ranah kesehatan. Sosialisasi Klinik Wakaf Ibu dan Anak (RSIA Wakaf) telah terus berlangsung sejak trimester pertama 2016. “Klinik berbasis wakaf produktif ini sedianya menjadi salah satu penopang keberlangsungan Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC) bagi dhuafa,” kata Asep Irawan yang juga tersohor dengan julukan wakafpreneur ini.
Tak ketinggalan, Taman Wakaf Pemakaman Muslim Firdaus Memorial Park (FMP) yang terus berusaha meningkatkan kinerja pelayanan umat. Termasuk, kinerja tim layanan pengurusan jenazah yang siap siaga 24 jam, kapan pun masyarakat membutuhkan. Seraya tetap menyentuh rasa kemanusiaan, dengan penyediaan kavling pemakaman untuk kaum pinggiran.
“Masalah keterbatasan lahan pemakaman sudah begitu kompleks bagi seluruh lapisan masyarakat, apalagi ini mengakibatkan melangitnya harga sebuah kavling kuburan,” kata Asep.
“Bagi kaum dhuafa bahkan jauh lebih rumit, sebab mereka harus sanggup menyediakan dana yang mencapai jutaan rupiah untuk dapat memakamkan sanak saudaranya dengan layak,” lanjutnya. Sinergi Foundation mencoba meretas solusi atas permasalahan ini dengan membuat aset wakaf yang dimiliki umat, melalui program Firdaus Memorial Park.
Asep menerangkan, Sinergi Foundation tak berhenti sampai di sana. Ikhtiar menuntaskan agenda-agenda umat itu semakin teguh digiatkan. Sinergi Foundation siap kembali menggelontorkan inovasi-inovasi wakaf, demi kemaslahatan yang lebih luas. Sejumlah rancangan program wakaf sedang disiapkan.
“Di ranah wakaf produktif, kami tengah membuat grand design untuk integrated farm berbasis wakaf. Hal ini seiring dengan kebutuhan akan hewan ternak yang begitu tinggi, namun pada momen tertentu seperti hari raya kurban, justru tak dapat dipenuhi oleh produsen lokal. Akibatnya, bukan sekali dua kali Indonesia mengimpor hewan ternak. Sebab itu, adanya program ini diharapkan meretas permasalahan ini,” katanya.
Lalu di bidang pendidikan, Sinergi Foundation hendak mengoptimalisasi salah satu aset wakaf di Cileunyi dengan membuka boarding school dengan level SMP dan SMA. Sekolah ini tak akan dipungut biaya bagi para dhuafa. Sebab, tak saja wakaf sosial, Sinergi Foundation tengah merancang wakaf produktif berupa unit bisnis yang bisa menopang mauquf alaih sebagai penerima manfaat.
Pun, di Lembang, melalui dana wakaf dari para insan peduli, Sinergi Foundation sedianya hendak memfasilitasi umat yang tak hanya ingin memiliki sarana ibadah yang nyaman, tapi juga wadah pendidikan Islam yang baik. Selain bersiap membangun pesantren tahfidz, Sinergi Foundation mewadahi mereka yang melalui hari keemasannya dengan beribadah khusyuk dan mendalami agama dengan mendirikan Pesantren Keemasan.
“Mohon doa selalu, semoga derap langkah kami semakin baik dan selaras dengan harapan umat ke depan. Dibanding dahulu, berkembangnya wakaf kontemporer adalah tantangan tersendiri. Dengan dana wakaf yang terus berkembang, tanpa mengusik pokoknya, semoga mauquf alaih bisa menerima manfaat dengan maksimal,” pungkas Asep. (agh)