Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan kisah seorang anak. Ia memiliki seorang ibu yang bekerja serabutan. Ketika sang anak memasuki usia sekolah, ia mendatangi sebuah rumah. Ia bertanya, “Apakah saya boleh bekerja di sini?”
Empunya rumah kebetulan tengah membutuhkan seorang pembantu, namun berkeberatan jika ia membawa anak. Pikir sang tuan rumah, bagaimana bisa mengurus rumah, jika ia harus merawat anak?
Namun kemudian solusi pun didapatkan, dari orang tua sang tuan rumah. “Bibi silakan bekerja saja, tapi anak ini biar kami bawa. Kami yang akan mengurusnya, dan akan kami sekolahkan,”
Singkat kisah, pemilik rumah menyekolahkan anak pembantu mereka sampai lulus SMA. Ketik lulus, keluarga itu melihat kesungguhan pada diri sang anak, dan mereka kembali menawarkan sekolah.
“Kalau kamu mau, kamu boleh melanjutkan sekolah. Tapi jangan ambil yang lama. Kamu boleh ambil sekolah sekretaris,dan setelah satu tahun kamu bisa bekerja,” kata mereka.
Sang anak tersenyum, “Terima kasih, saya memang ingin melanjutkan sekolah. Namun saya tidak ingin jadi sekretaris,” Keluarga itu kaget. “Lalu kamu ingin menjadi apa?”
“Saya ingin menjadi dokter. Saya tahu, sekolah kedokteran bagi saya sangatlah tidak mungkin. Tapi kalau diizinkan, saya ingin sekolah perawat,” jawab sang anak.
Keluarga itu pun menyanggupi. Setelah ia masuk, karena prestasinya yang gemilang, di tahun kedua ia sudah mendapat beasiswa. Dan setelah lulus, ia diterima bekerja di sebuah RS. Karena keahlian dan dedikasinya, ia diangkat menjadi perawat di ruang bedah, dan menjadi asisten para dokter di sana.
Di kamar anak itu, ada pemandangan yang tidak biasa. Kamar itu dipenuhi banyak bendera negara di dunia. Ketika ditanya, ia selalu menjawab, cita-citanya ada dua: menjadi dokter dan berkeliling dunia. Orang-orang tak banyak berkomentar, meski mereka sendiri ragu.
Satu ketika, ada tawaran kerja di Jepang. Ia mendaftar, dan diterima. Saat lolos seleksi, ia tahu bahwa selain gaji, ia akan diberikan rumah dinas dan diizinkan membawa satu anggota keluarga. Lalu, orang-orang bertanya, “Kalau sudah di Jepang, dan mendapat gaji memadai, akan kamu pakai apa uang tersebut?”
“Saya akan pakai untuk biaya sekolh menjadi dokter. Karena di Jepang, perawat dengan pengalaman tertentu diizinkan sekolah kedokteran,”
Saudaraku, kita dilahirkan ke dunia dengan potensi yang luar biasa.Tidak seperti binatang, kita punya keinginan dan kehendak bebas. Dua hal itulah yang memberikan kita domain untuk menentukan masa depan. “Allah tidak akan mengubah suatu kaum, keculi kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.”
Kita manusia boleh mengarahkan diri, memiliki keinginan dan mimpi untuk memperoleh sesuatu. Ketika kita mengarahkan potensi dan mimpi tersebut, maka Allah akan memberikan jalan. Ketika kemauan itu begitu kuat, harapan itu membuncah, dan ketekunan beralihrupa menjadi usaha yang teguh, maka itu akan menghantarkan kita ke satu titik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Taka da usaha yang mudah, karena kita perlu proses saat mencapai mimpi itu. Taka da yang tak mungkin di mata Allah. Seperti kisah anak tadi. Dia mengerahkan semua kemampuan dengan segala nilai kebaikan yang dimiliki.
Jika ia tidak baik, tidak sungguh-sungguh, ia tidak akan mendapat tawaran bersekolah. Tapi karena ia memiliki integritas di hadapan orang banyak, semua harapan dan mimpi itu mendekat padanya. Ia menjawab semua harapan dengan usaha dan kerja keras sepanjang hidupnya. Sehingga insya Allah, mimpi anak tersebut untuk menjadi dokter dan berkeliling dunia akan tercapai. Wallahu a’lam bish shawab.
Ditulis oleh Ustadz Budi Prayitno dalam Tabloid Alhikmah