SINERGIFOUNDATION – Memetik ilmu parenting dari dialog Nabi Ibrahim dan Ismail dalam syariat kurban.
Ada satu hal yang menarik ketika detik-detik kurban mulai disyariatkan. Hal menarik itu adalah ilmu parenting yang Nabi Ibrahim lakukan dengan cara mengajak dialog Ismail terkait perintah Allah untuk mengurbankannya.
Wahyu melalui mimpi itu tak datang sekali, tetapi beberapa kali. Alhasil Nabi Ibrahim pun “dengan berat hati” menyampaikan wahyu tersebut pada Ismail, seorang anak yang telah ia tunggu begitu lama.
Iyan Suryana: Dari Sapuan Sapu ke Roda Ambulans untuk Berkidmat pada Umat
Namun yang menarik, Ibrahim menyampaikan dengan cara dialog. Sebagaimana Allah abadikan melalui surah Ash-Shaffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar,”
Iyan Suryana: Dari Sapuan Sapu ke Roda Ambulans untuk Berkidmat pada Umat
Dari penggalan ayat di atas, Nabi Ibrahim mempersilakan Ismail untuk mengutarakan pendapat pribadinya melalui pertanyaan “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”. Kita tahu bahwa wahyu yang Allah turunkan sifatnya mutlak, tak ada jalan diskusi, tapi Nabi Ibrahim melakukan itu.
Pola komunikasi yang Ibrahim tunjukkan pada Ismail ini menjadi isyarat bahwa ketika sang anak sudah beranjak dewasa (baligh), kemudian dihadapkan persoalan atau yang mengharuskan ia mengambil keputusan, maka dialog menjadi jalan paling bijak.
Belajar dari Dokter Sari RBC: Layani Pasien Dhuafa Seraya Tanamkan Nilai Tauhid
Dengan catatan jalannya dialog harus menunjukkan rasa kasih sayang yang begitu mendalam. Sebagaimana Nabi Ibrahim menggunakan kalimat ya bunayya (wahai anakku) yang artinya kalimat isim tasghir ini memiliki faedah penuh kasih sayang.***