Baca Juga Sebelumnya Laporan Eksklusif Gempa Nepal, Setelah Satu Minggu, [Part 1]

Oleh  Muhammad Rizki Utama *

ia mempertemukan dengan para korban, yang mengingatkan akan perlunya terus bersyukur, dan juga terus beramal, menyisakan ruang-ruang kemanusiaan, mengulurkan tangan, bahwa suatu saat masih ada harapan. Seminggu setelah Gempa, Nepal tak lagi sendiri

Dan memang sudah nampak, di kawasan padat dan wisata itu, beberapa toko sudah mulai berbenah dan mulai beraktivitas lagi, semenjak hari ke 4, setelah gempa hingga hari 7 semakin banyak toko yang buka. Kedai-kedai makanan mulai kembali melayani, walau hanya segelintir di antara toko-toko yang tutup.

Di antara gedung-gedung 4-5 lantai, di antara semerawut kabel, di antara toko-toko batu dan hiasan antik, di antara bata-bata tua, orang-orang sudah mulai kembali berjalan kaki, dengan masker menghiasi wajahnya. Anjing-anjing mulai berkeliaran. Burung gagak berseliweran ke sana kemari.

Traktor mulai membersihkan sebagian ruas jalan yang hancur. Di jalan-jalan besar, toko masih belum membuka pintunya. Suasana sangat sunyi, di dalam bangunan-bangunan. “Kami trauma, takut ada di dalam bangunan,” kata seorang warga Tamel, Katmandu. Karenanya, sepekan pasca gempa, jalanan Nepal mulai ramai, dengan taksi, motor, mobil.

Paras-paras nonnepal berkumpul di sini: Cina, Eropa, Jepang, Melayu, dan sebagainya. Masjid Jami Nepal menjadi pusat koordinasi umat Islam Katmandu membantu korban gempa di seluruh dunia. Ratusan orang nampak berkumpul di sana, puluhan NGO berada di sana.

dr. Anshari, Koordinator lapangan NGO Islamicshang Nepal, masih sangat sibuk monda-mandir, mencatat, menerima bantuan, menyalurkan bantuan hingga pelosok-pelosok. Berton-ton bahan bantuan lalu lalang keluar masuk masjid. Mulai dari makanan, popok bayi, tenda, obat, semua ada di sana.

Walau hanya minoritas di Nepal, namun muslim nepal nampak serius mengumpulkan bantuan kemanusiaan dan menyebarkannya. Setiap hari, Masjid sangat sibuk, super sibuk. Beragam NGO dan pihak berwenang Indonesia pun berkunjung ke sini, sekaligus untuk silaturahim, sebagai negara muslim terbesar di dunia. RZ, Dompet Dhuafa, Sinergi Foundation dari Indonesia nampak terlibat dalam koordinasi aksi kemanusiaan bersama dr. Anshari.

Ketika berkesempatan mengikuti penyaluran bantuan di wilayah Naikap, maka ratusan warga berbondong-bondong berdatangan. Di bawah tenda besar, mereka dengan semangat mengantre. Dapur umum segera dibuat, dan ratusan warga Naikap berkumpul, bersantap bersama, dan pulang mendapat bantuan makanan yang diharap mencukupi untuk sementara.

Seminggu setelah gempa, polisi Nepal mulai berangsur mengambil alih evakuasi, hingga mulai menata kembali kehidupan. Seminggu, daerah perkotaan mulai berdenyut, walau rasa trauma mash menghinggapi. Karenanya, mulai ramai juga bantuan program trauma healing untuk anak-anak.

Maka, di salah satu pengungsian di Bhaktapur, SaveTheChildren, lembaga yang menaungi anak pasca bencana, membuat posko. Terlihat, senyum berkembang dari bibir para anak yang masih asik bermain: melempar bola, meloncat-loncat, hingga bermain bersama.

Sepekan setelah gempa, kehidupan beberapa kota mulai berdenyut, walau diakui para pengusaha hotel kunjungan wisata mereka turun drastis anjlok. Beberaoa hotel pun akhirnya memilih tutup, karena tak adanya wisatawan yang datang, mereka menunda jadwal wisata mereka.

Namun, masih sangat banyak wilayah yang masih belum terjamah, wilayah pedalaman-pedalaman yang aksesnya terputus. Salah satu relawan ACT dari Indonesia, Wahyu mengatakan bahwa wilayah Gorkha hanya bisa ditempuh oleh jalan kaki selama 3-4 jam setelah menaiki kendaraan.

Di sana, dibutuhkan bantuan obat-obatan katanya. Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang diwakili dr. Aris dan dr. Rudi pun mengatakan akan mengunjungi wilayah-wilayah yang masih membutuhkan bantuan medis mendesak. Gempa Nepal, mempertemukan para relawan yang sebelumnya belum pernah bersua.

Terlebih, ia mempertemukan dengan para korban, yang mengingatkan akan perlunya terus bersyukur, dan juga terus beramal, menyisakan ruang-ruang kemanusiaan, mengulurkan tangan, bahwa suatu saat masih ada harapan. Seminggu setelah Gempa, Nepal tak lagi sendiri.

(penulis adalah relawan Sinergi for Solidarity #FromBandungtoNepal, jurnalis Tabloid Alhikmah – Sinergi Foundation)

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!