Pada sebuah diskusi warung kopi. Diskusi yang sekali dua kali digelar, sekadar berbagi rasa tentang sebuah cita-cita. Memantik sumbu peradaban agar kembali terasa perciknya. Menggugah kesadaran kita untuk turut peduli pada nilai kebenaran yang patut disebarluaskan. Din al Islam.
Di lingkup perkotaan, akses informasi sudah sedemikian terbuka. Didukung infrastruktur yang cukup memadai, maka informasi apapun terkait dengan hal ihwal keislaman menjadi demikian mudah untuk dinikmati melalui pelbagai media yang ada. Tinggal bagaimana membangun saringan informasi di dalam diri, melalui keinginan untuk terus menerus meneguhkan keislaman kita, agar tidak menjadi korban pertarungan pesan yang sarat dengan muatan ideologis, yang rentan menggerus sendi-sendi akidah.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan saudara-saudara kita sesama Muslim di sudut-sudut pelosok sana? Sebagian besar mereka yang masih begitu naïf, menganggap informasi apapun yang datang melalui pelbagai saluran yang ada sebagai sebuah kebenaran. Infiltrasi keyakinan pun tak terelak, dengan pelbagai kemasan yang menarik, sehingga masyarakat Muslim yang tak mendapat informasi keislaman secara proporsional di sana, menelan begitu saja sajian yang ada.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS Al Baqarah : 120)
Wajar jika kemudian muncul wong ndeso yang berpendapat bahwa semua agama mengajarkan kebenaran, maka semuanya benar. Seluruhnya berkesempatan menggapai nikmatnya surga yang Allah janjikan. Tak heran jika kemudian sebagian orang tua tak lagi sungkan menikahkan anaknya dengan pasangan yang berlainan keyakinan. Pacaran beda agama menjadi modus, untuk menarik remaja-remaja awam yang minim tersentuh pendidikan agama, untuk kemudian terjerumus ke jurang perzinahan. Kita hanya bisa mengurut dada tatkala menyaksikan iman begitu mudahnya tergadai dengan satu-dua bungkus mie instan, satu-dua kilo beras ketan, terbebasnya biaya pendidikan plus kesehatan, yang menari-nari di depan indra penglihatan.
Selama ini tentu banyak upaya sudah dilakukan oleh pelbagai elemen umat untuk mencegah kian meluasnya gerakan sistematis pendangkalan akidah ini. Siapa pula yang rela, ikatan persaudaraan Islam itu perlahan terlepas, lantaran mengejar dunia yang sementara. Maka Dompet Dhuafa Jawa Barat bersinergi bersama Tabloid Alhikmah, mencoba menggagas Program “Sedekah Inspirasi”, sebuah program penyediaan dan pendistribusian tabloid Alhikmah secara cuma-cuma untuk masyarakat Muslim di wilayah-wilayah rawan akidah dan minim akses informasi keislaman di pelbagai pelosok negeri, agar pesan-pesan dakwah di dalamnya dapat pula dinikmati oleh pelbagai lapisan masyarakat yang merindukan inspirasi.
Tabloid Alhikmah sendiri adalah tabloid dakwah yang mengusung tagline ”Inspirasi Setiap Generasi”. Tabloid ini berisi pesan-pesan yang dekat dengan kehidupan kaum Muslimin, lengkap dengan hikmahnya, dikemas secara apik, dengan bahasa yang renyah, tanpa kesan menggurui. Tabloid ini, harapan kami, dapat menjadi saluran penyampai pesan dakwah bagi sesama kita di pelosok sana. Tentu untuk salah satunya membentengi diri dari upaya pendangkalan akidah yang kian hari kian massif terjadi.
Sedekah Inspirasi hadir mengajak segenap kaum Muslimin untuk turut aktif berpartisipasi berbagi inspirasi. Cukup dengan menyisihkan secuil dari limpahan rezeki-Nya, maka Anda telah ikut serta menebarkan sejuta inspirasi kepada sesama. Inspirasi berwujud pesan-pesan dakwah yang tak lekang oleh waktu. Bekal menambah wawasan keislaman, menapaki jalan kehidupan yang kian terjal. Memantik sumbu peradaban, agar kembali terasa perciknya. Menggugah kesadaran kita bersama untuk turut peduli pada nilai kebenaran yang patut disebarluaskan. Din al Islam. (masranu / al hikmah)