Jika hari ini kita hanya mengenal wakaf sebagai makam, madrasah, dan masjid, di masa kejayaan Islam, wakaf sangat berkontribusi dalam kebangkitan masyarakat Islam hingga membuat banyak orang berdecak kagum. Karena itu keberadaan wakaf terus eksis dan tidak pernah terputus dari zaman Rasulullah hingga saat ini.
Dahulu, banyak dari generasi para sahabat yang hidup dalam kekurangan dan kefakiran. Meskipun demikian, mereka tetap menunaikan wakaf. Hal itu tetap terjadi dan terus berlangsung sepeninggal Rasulullah. Tidak heran jika banyak dari mereka wafat tanpa meninggalkan harta kecuali hanya sedikit sekali.
Seperti yang dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib. Ia banyak berwakaf padahal ia sendiri hidup dalam kekurangan. Ia menyerahkan tanahnya di Yanbu, Wadi Qura, Udzainah, dan Ra’ah di jalan Allah.
Ali mengatakan tentang sedekahnya, “Aku pernah mengalami bahwa aku benar-benar mengikatkan batu pada perutku karena kelaparan. Sementara sedekahku hari ini mencapai empat ribu dinar.”
Puncaknya adalah wakaf masjid di masa Khilafah Rasyidah. Masjid-masjid pada saat itu memiliki keterkaitan secara langsung dengan Khulafa Rasyidin dan para amir. ada masa Umar RA sudah berdiri banyak masjid dan perintah pun dikeluarkan untuk membangun masjid di berbagai wilayah Islam.
Di antara wakaf paling menakjubkan yang ditunaikan oleh para Sahabat, adalah wakaf dari Khalid bin Walid RA. Ia mewakafkan baju-baju besi dan perlengkapan perangnya di jalan Allah. Hasilnya diinfakkan kepada fakir, kerabat, budak, fisabilillah dan ibnu sabil.
Wakaf para sahabat RA pada saat itu membuat umat Islam benar-benar mengalami kemajuan pesat dan sangat bermanfaat di segala bidang. Bahkan hingga menjadi ciri umum di antara ciri-ciri peradaban Islam.
(Source : “Masterpieces of Awqaf in Islamic Civilization” Karya Dr. Ragib As-Surjani)