Bimaristan atau sering kita kenal sebagai rumah sakit, merupakan salah satu fasilitas publik yang juga disokong oleh dana wakaf.

Meski pada awalnya bimaristan hanya diperuntukkan bagi penderita kusta, namun seiring perkembangannya bimaristan menjelma menjadi fasilitas kesehatan berkualitas yang bisa dinikmati seluruh kalangan secara gratis.

Gratis bukan berarti pelayanan seadanya, tapi diberikan pelayanan optimal. Mulai dari disediakan pakaian bersih, makanan, hingga racikan obat yang harus dikonsumsi. Begitu pasien tersebut sembuh, mereka akan diberi bekal ongkos dan sembako untuk dibawa pulang, masya Allah.

Salah satu bimaristan yang menganut konsep tersebut adalah Bimaristan Nur Al Din di Damaskus, Suriah. Terletak di kawasan Al Hariqa di kota tua bertembok, di barat daya Masjid Umayyah.

Bimaristan ini dibangun dalam 2 fase. Fase pertama dilakukan oleh Sultan Zangid Nur Al Din Zangi 1154 Masehi. Ketika itu yang dibangun adalah bangunan utama bimaristan. Lalu pada fase kedua pembangunan dilanjutkan pada 1242 oleh seorang dokter bernama Badr al Din. Pembangunan dilakukan tanpa mengurangi bentuk asli bangunan, melainkan menambahkan bangunan untuk dapat melayani sejumlah pasien.

Bimaristan Nur Al DIn dilengkapi persediaan makanan dan obat-obatan yang memadai. Bangsal, ruang khusus operasi, laboratorium, ruang pasien gangguan jiwa tersedia. Tercatat, terdapat 1.300 tempat tidur yang disediakan bimaristan ini.

Aula, klinik rawat jalan, dan dapur juga menjadi bagian dari rumah sakit. Bahkan, fasilitas ibadah seperti masjid dan gereja juga disediakan di rumah sakit Islam ini. Dan yang paling penting, semua layanan medis ini diberikan secara gratis kepada rakyat tanpa memandang suku, ras, dan agama.

Keistimewaan rumah sakit Nur Al Din tak hanya itu saja, rumah sakit ini juga menjadi kampus kesehatan bagi calon dokter. Karena itu koleksi buku medis juga disediakan di perpustakaan.

Bimaristan ini memiliki empat iwan, atau ruang berkubah yang diletakkan di belakang dinding yang disusun dalam simetri aksial. Iwan terbesar digunakan sebagai ruang kuliah dan pertemuan. Siswa dapat berkumpul di sana untuk belajar dari dokter terkenal dan mengakses teks kedokteran untuk dipelajari.

Dua ruang penyimpanan yang tersimpan dalam dinding iwan digunakan sebagai rak untuk banyak buku medis yang disumbangkan oleh Nur al Din ke bimaristan.

Ruangan ini dihias marmer dado, sejenis cetakan yang dipasang di dinding di sekeliling ruangan, didekorasi dengan bagian-bagian dari Al Quran yang berisi kutipan tentang pengobatan dan penyembuhan, keduanya mencerminkan tujuan pembangunan bimaristan.

Sejarah mencatat, Bimaristan Nur Al Din beroperasi selama 800 tahun, atau sampai memasuki abad 20an. Hingga akhirnya diubah menjadi Museum Kedokteran dan Sains Arab.

Source: dbs

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!