Ketika awal musim tiba, bibit-bibit padi ditanam, menyimpan harapan dan doa para petani agar membuahkan hasil yang baik. Cucuran peluh dan tenaga dikorbankan demi panen yang memuaskan. Merekalah para pahlawan pangan, yang walaupun tak memilki lahan untuk bertani tapi tetap optimis dan semangat melangkahkan kaki ke sawah-sawah dengan harapan memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi keluarga.
Segala puji bagi Allah yang Maha Menentukan, di tangan-Nya lah rizki telah digariskan, termasuk keberhasilan dalam bercocok tanam. Musim panen raya awal tahun ini, pertanian padi di Desa Kiarasari, tempat di mana Lumbung Desa (LD) Compreng Subang dibina, mendapatkan hasil yang memuaskan. Ini berbeda pada musim tanam sebelumnya, mayoritas lahan sawah padi di region utara Jawa Barat mengalami gagal panen, termasuk Desa Kiarasari. Maka kini, bentuk syukur diekspresikan, ketika musim tanam kali ini Allah menakdirkan petani untuk mendapatkan hasil yang membuat bibir tersenyum.
Sesuai tradisi yang lama berlangsung, setelah melewati masa Panen Raya, Desa Kiarasari bersama tokoh masyarakat dan warga pada umumnya, melaksanakan Syukuran Panen Raya yang biasa disebut “Mapag Sri” oleh warga setempat. Pada Senin 9 April 2018 lalu, kegiatan Syukuran Tani ini telah selesai digelar. Di dalamnya terdapat kegiatan do’a bersama serta pemotongan tumpeng dan hasil bumi lain sebagai simbolisme syukur masyarakat desa dan pemerintah akan nikmat keberhasilan panen. Doa bersama sebagai agenda utama dipimpin oleh Kyai sebagai tokoh agama yang disegani di Desa Kiarasari.
Tidak ketinggalan pagelaran seni tradisional Sunda mewarnai semarak perayaan syukuran panen raya ini. Selepas Ashar dan Isya, Seni Tradisi Jaipong dan Degung Sunda dari Sanggar Pabuaran ditampilkan untuk menghibur warga masyarakat yang hadir.
Dalam satu kesempatan, penulis berkesempatan berdiskusi ringan dengan Kaur Kesra Desa Kiarasari, Pak Adim. Dalam obrolan tersebut beliau menuturkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan swadaya. Dana kegiatan dihimpun secara sukarela dari masyarakat Desa Kiarasari. Penghimpunan dana juga melibatkan dari mereka masyarakat tani yang bergerak sebagai pemilik usaha beras, bandar, pemilik kios, dan lain-lain. Dana yang terhimpun dari warga kemudian dikelola oleh pihak desa dan apabila ada kekurangan dana operasional kegiatan, pemerintah desa akan berkontribusi menambah suntikan dana.
Beragam bentuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil bumi dilakukan masyarakat tani sebuah daerah. Lain daerah, lain pula tradisi dan adat nya. Pemerintah Desa Kiarasari beserta masyarakatnya telah mengajarkan kita bahwa bentuk syukur yang utama adalah dengan mengucap doa kepada Sang Maha Pencipta yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil panen dalam satu musim tanam. Kita pun belajar bagaimana menjaga dan melestarikan seni tradisi. Sebagai warga desa yang kental akan kearifan lokal, menjadi sebuah barang tentu untuk juga andil dalam upaya ngamumule budaya Sunda, dimana Subang termasuk sebagai tanah parahyangan yang harus dijaga kelestarian budaya dan seni tradisinya. []
Ditulis oleh Andrian Nur Ramadhan, pendamping LD Compreng, Subang.