Bahu membahu membangun masjid untuk kenyamanan ibadah saudaranya seiman. Alhamdulillah, target untuk bisa digunakan tarawih pertama di bulan Ramadhan 1436 H, terlaksana. Bukan sekedar fisik yang kasat terlihat, Masjid Muhajirin ‘Rohingya’ di pengungsian Bayeun, Aceh, adalah manifestasi persaudaraan hakiki dari segenap elemen umat. Aksi nyata, bahwa setiap kita adalah saudara.
Di Pengungsian Bayeun-Aceh, berbondong jamaah yang baru bubar shalat Ashar, langsung bergotong royong memersiapkan kedatangan tamu agung yang dirindukan umat muslim sedunia. Wajah-wajah legam itu tak bisa menutupi kegembiraan yang terpancar. Dengan penuh semangat, sebagian ada yang menyapu lantai masjid, berulang-ulang disapu secara bergantian. Sementara yang lain, sambil bersuka canda, membersihkan gulungan sajadah yang baru digunakan shalat berjamaah tadi.
Jarum jam bertengger di angka lima sore, sajadah sudah terbentang menutupi lantai masjid, kipas angin berputar-putar mengantarkan udara sejuknya. Sementara sound system siap digunakan untuk khutbah sang khotib.
Ada apakah gerangan? ya kendati tinggal di barak pengungsian, tak menyulutkan semangat muslim Rohingya tuk memersiapkan diri menyambut bulan suci penuh keberkahan, bulan Ramadhan.
Malam itu, di Masjid Al Muhajirin, takbir dan shalawat bergaung, melengkapi taraweh di Pengungsian Bayeun. Kesyahduan ini tentu bertolak belakang dengan suasana mencekam di negeri asalnya. Jangankan berjamaah, keluar rumah saja menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka. Namun di Negeri Serambi Makkah ini, mereka bisa beribadah dengan tenang, walau masih di pengungsian.
Suka cita orang-orang Rohingya di Aceh ini kian lengkap dengan dibangunnya masjid di sekitar barak mereka. Masjid yang didanai dari hasil swadaya masyarakat muslim lainnya ini, dibangun dengan ketulusan guna memudahkan umat muslim, pengungsi Rohingya melakukan shalat dan ibadah lainnya.
“Selama ini mereka melaksanakan ibadah di mushala dari tenda dengan kapasitas yang sangat terbatas. Akibatnya, setiap berjamaah mushala tidak mampu menampung jamaah, bahkan sampai harus ke luar tenda. Saking sempitnya, mereka tidak bisa shalat Jumat, ya shalat Dzuhur seperti biasa,” kisah Sepriyanto, Koordinator #SinergiforSolidarity #SaveMuslimRohingya, pertengahan Juni 2015.
“Tentu saja, jelang Ramadhan 1436 H ini, kebutuhan akan adanya tempat ibadah yang lebih laik menjadi sangat mendesak,” tulisnya kemudian.
Karena itu, Sinergi Foundation melalui Posko #SinergiForSolidarity di Aceh Tamiang menggagas pembangunan sebuah masjid di Pegungsian Bayeun – Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur. Masjid inilah yang kemudian diberi nama Al Muhajirin. Masjid orang-orang yang berhijrah.
Sepriyanto yang juga Ketua Yayasan Semai Sinergi Umat (Sinergi Foundation) ini mengisahkan keberadaan masjid itu sangat didukung pelbagai elemen. Mulai dari pengungsinya itu sendiri, masyarakat Aceh, hingga pemangku kebijakan.
“Wuih,, para pengungsi sangat antusias akan perencanaan masjid ini. Selepas mereka shalat berjamaah di mushala darurat tadi, mereka langsung mengerubungi bangunan dan pekerja. Terlihat wajah-wajah ceria penuh harap, bahkan di antaranya ikut membantu baik mengangkat kayu atau sekadar mengumpulkan sampah yang berserak,” kisahnya kemudian.
Saat rangka bangunan masjid sudah mulai kelihatan bentuknya, antusias pengungsi semakin besar. Mereka bahkan membagikan kue atau biskuit yang didapatkan dari posko dinas sosial kepada para pekerja. Mungkin itu wujud rasa senang, syukur sekaligus terima kasih mereka
Setali tiga uang, para pejabat Pemkab Aceh Timur, seperti Bapak Usman, Asisten II Pemkab Aceh Timur yang merangkap Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Aceh Timur, Bapak Yasin, Kepala Dinas Sosial Aceh Timur beserta pejabat terkait penanganan pengungsi, sangat antusias dengan rencana pembangunan masjid ini. Sehingga, mulai dari meminta persetujuan, penentuan lokasi sampai tahap akhir melengkapi fasilitas masjid, tim mendapat dukungan penuh dari pihak terkait.
Puji syukur, pantas dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi, setelah berpeluh keringat selama 13 hari masjid seluas 130 meter persegi dengan kapasitas 200 jamaah ini rampung di detik-detik menjelang Ramadhan 1436 H,subhanallah.
Namun, masjid hanyalah satu dari sekian bantuan yang diberikan untuk muslim Rohingya. Masih tertanam hangat dibenak Sepriyanto, selama dua pekan pertama tim kemanusiaan SinergiforSolidarty bersua dengan saudara dari Negeri Myanmar itu. Pada dua minggu pertama, tim menyalurkan bantuan logistik kebutuhan pokok. Selanjutnya, guna membangkitkan kembali semangat mereka, digagaslah program Trauma Healing dengan nama Happy Center di Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Langsa. Program ini didukung relawan Hijabers Tamiang yang sebagian besar mempunyai latar belakang pendidikan dan profesi sebagai psikolog, guru, ada juga ibu rumah tangga.
Untuk mengoptimalkan program Happy Centre di Bayeun – Aceh Timur, dibangun sebuah bangunan Balai yang dijadikan Pusat Trauma Healing and Education. Sementara yang di Aceh Utara, tim bersinergi dengan LSM Tanda Seru yang telah berkiprah, sejak awal kehadiran pengungsi Rohingya di Kuala Cangkoi – Aceh Utara.
Ke depannya, Sepriyanto menjelaskan, selain melanjutkan program Happy Center, tim juga membuat program pemberdayaan perempuan Rohingya. Yakni membuat bros dan merchandise kerudung dari bahan pita, renda, dan manik-manik. Merchandise ini di samping menjadi kegiatan produktif, sekaligus untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka
Lantas terbesit satu tanya, spirit apa yang melandasi kepedulian kita terhadap muslim Rohingya?
“Muslim Rohingya yang terdampar di Aceh bukanlah wisatawan yang hendak melancong ke negeri kita dengan membawa segepok uang yang siap dibelanjakan. Mereka adalah orang yang tersingkir dari negerinya, akibat kedzaliman yang merajalela. Jadi, bagi kita, Muslim Rohingya adalah para Muhajirin yang terpaksa keluar dari negerinya untuk menyelamatkan aqidah sekaligus nyawanya,” ungkap Sepri.
“Maka membantu mereka ini bukan sekadar panggilan kemanusiaan. Ini Panggilan Keimanan, untuk menolong saudara kita, yang sedang terancam nyawa dan akidahnya,” pungkasnya.