SF-UPDATE — 200-an warga dari 80 rumah, tumplek blek di depan Masjid, menanti kami dengan sabarlalumenyambut dengan penuh kehangatan. Hewan kurban berupa sapi itu pun akhirnya dipotong di pengujung senja.

Gerimis masih memercik pelan, membasahi payung-payung yang membungkus jalanan  menuju gerbang Masjid Fathu Islami di Kawasan Sadao, Thailand. Jam dinding menunjukkan pukul 08.30, usai bersalaman dengan warga sekitar yang baru saja melaksanakan shalat Idul Adha dalam guyuran hujan, kami segera melaju menuju bumi Patani yang sedari malam sudah menanti.

Berjuta harap, ingin segera bersua saudara yang telah lama dirindu. Patani, negeri dengan tiga wilayah kini: Pattani, Narathiwa, dan Yala memang begitu menyimpan kenangan tersendiri. “ Indonesia adalah kakak tertua kami,” suara-suara minor itu begitu terngiang ketika penulis, berkesempatan mengunjungi Tanah Melayu ini tahun 2013 silam.

Kini, Road4Peace Indonesia dan Malaysia kembali mendatangi saudaranya di Selatan Thailand, berharap berjumpa dengan ‘adiknya’ yang mungkin sudah ter(di) lupakan di tengah carut marut Poltik Negeri yang tak kunjung usai. Dengan syariat Kurban, Qarraba (mendekatkan), sungguh, sangat terasa bahwa kurban pun  mendekatkan dalam arti yang sebenarnya.

Dari pelbagai dunia, Allah kumpulkan berjuta manusia di Tanah Suci, dan kini, Allah pun dekatkan kami dengan para saudara muslim di belahan bumi Nusantara.Syukur dan terima kasih terhatur kepada para pekurban di Indonesia yang masih memikirkan saudara-saudaranya.Walau mata tak berjumpa, tapi hati ini begitu dekatmenaut.

Mobil pun melesat dengan cepat, hingga matahari tampak semakin merangkak naik, bulatannya semakin menyilaukan. Dalam hati ini dag dig dug, Ya Allah, mereka telah menanti kami dari kemarin malam, hingga suara adzan berkumandang di Tanah Melayu Patani, kami masih dalam perjalanan.

Menuju Patani, jalanan yang begitu lebar dan melompong seakan tersedia di depan mata. Pepohonan menemani pemandangan, dengan sesekali mobil berkecapatan super menerabas, melewati para pengendara motor yang entah terlihat sering tak mengenakan jaket dan helm, dengan baju yang mengembang kemasukan angin.

Mentari semakin melangkah ke Barat, saat itu, Tim Road4Peace di Patani, Hasan sudah mengontak kami berkali-kali.Hingga akhirnya kami berjuma di pinggiran jalan yang mengular, setelah berjalan kira-kira 80 km dari Patani yang ditempuh sekitar tiga jam dari perbatasan Thailand – Malaysia.

Alhamdulillah,” kata Hasan dengan sarung kotak-kotaknya turun dari mobil yang akan mengantarkan kami ke lokasi, tunaikan kurban kaum muslimin Indonesia. Saya dan Pak Mus pun saling beramah dengan Hasan, tapi tak lama.Kami pun kembali masuk mobil, dan kembali melewati jalanan yang cukup panjang.

Dari jalan besar, kami masuk ke dalam hutan, yang jalanannya tak sebagus aspal di awal perjalanan. Kami kira, perjalanan menuju TKP hanya sebentar, ternyata kami salah. Lorong-lorong desa, perkampungan hingga

pohon-pohon yang membayangi jalanan kerap terlewati, sambil naik turun hingga kelok demi kelokan.

Tak lupa, pemandangan ‘wajib’ di Patani, ialah gulungan kawat, penghalan jalanan,sertaserdadu Thailand dengan moncong senapan di tangan, siaga di pos-pos penjagaan (Check point). Entah berapa kali check pointtersebut harus kami lewati, walau ternyata berada di sudut-sudut kampung di pelosok.

Setelah nyaris satu jam, memasuki lorong-lorong desa, akhirnya kami tiba di desa Damabuah. Di depan pelataran Majsid Fathul Karim, sudah berkumpul masyarakat Patani. Tenda benaung meja-meja dan orang bersiap menyambut kami sudah disiapkan, berikut pengeras suara. Di samping tenda, dua kuali besar olahankambingmembumbungkan asap, harum semerbak.

Di samping kirinya, ruangan besar, tempat ibu-ibu memasak. Begitu turun dari Mobil, puluhan orang mengantre, bersahutan menyalami kami satu-persatu. Paras melayu yang tak asing, bocah yang melirik penasaran, semua berjubel mendatangi kami satu persatu.

Dengan senyum mengembang, mata yang berkaca-kaca, kami berpelukan bak saudara dekat yang lama sekali tak bersua. Kami haturkan berjuta maaf karena tak dapat datang pada waktunya, dan membuat mereka lama sekali menanti. Namun, tak ada rasa lelah, mereka justru menjamu kami dengan santapan khas Patani yang begitu beragam.

Semakin terik, kian banyak warga berdatangan ingin bersua dengan saudara jauhnya dari Indonesia. “Alhamdulillah..Indonesia, kami sangat bangga dengan Indonesia, mereka adalah kakak tertua kami, muslim terbesar di dunia,” sahut warga, membuat diri ini semakin bersyukur tinggal di bumi Nusantara ini, berjumpa dengan saudaranya.

200-an warga dari 80 rumah, tumplek blekdi depan Masjid, menanti kami dengan sabarlalu menyambut dengan penuh kehangatan. Hewan kurban berupa sapi itu pun akhirnya dipotong di pengujung senja.

”Terimakasih Indonesia…berjuta terima kasih kami haturkan, ini kali pertama kami mendapat kunjungan dari saudara kami di luar,” kata Abdurrazaq mewakili warga kampung Damabua.

Tentang Road4Peace

Road4Peace sendiri merupakan gerakan kolektif Organisasi Kemanusiaan sejagat, berupa aksi solidaritas damai, pembelaan hak azasi kaum muslimin yang tertindas, di pelbagai sudut dunia. Terhitung sejak 2012, pelbagai misi kemanusiaan di negeri-negeri muslim yang tengah dilanda bencana kemanusiaan, semisal: Suriah, Mesir, Palestina, Indonesia, Malaysia Rohingya, Patani,  Road4peace bergerak.

Tergabung dalam gerakan ini, pelbagai NGO Nasional dan International, termasuk Media-media Islam, antara lain: Pertubuhan Madani Malaysia (MASSSA), Road4Peace Malaysia, Road4Peace Indonesia, Road4Peace Suriah, Road4Peace Mesir, Road 4Peace Turki,  Hilal Ahmar Society, Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) yang terdiri dari gabungan 20 organisasi keislaman di Indonesia, Sinergi Foundation, Syam Organizer, Misi Medis, Care For Syam, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang terdiri dari gabungan jurnalis media Islam (Islampos.com,Kiblat.netHidayatullah.com, tabloid Alhikmah dan Alhikmah.co, Bumisyam.com, Suara-islam.com, Arrahmah.com), dan beberapa lainnya.

(Laporan jurnalis Alhikmah, Rizki Utama dalam misi Road4Peace di wilayah konflik dan minoritas muslim Asia Tenggara)

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!