SF- UPDATE, — Kupang, Jumat 8 Januari 2016. Karena waktu yang cukup sempit, Tim Kaka Timor & Nona Flores datang ke dua SMA sebelum waktu ibadah shalat jumat tiba. SMA pertama adalah sma pinggiran, jauh dari pusat kota. Siswa dan siswinya juga dari kalangan menengah ke bawah. Di sini saya bertemu Amroses Lobow, putra daerah yang ingin kuliah dan mengabdi di Kupang.
Berikutnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kupang. MAN yang merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Atas Islam di Kupang, dimana 100 persen siswa/i-nya muslim. Meski begitu, prestasi sekolah ini cukup diperhitungkan di seantero Kupang. Sebanyak 51 sisw/i MAN Kupang begitu antusias menyimak paparan materi tentang kiat-kiat memperoleh beasiswa.
Ngabang, Kalimantan Barat
Senin tgl 11 Januari 2016, tim Borneo Khatulistiwa mengawali perjalanan sosialisasi Diseminasi Khusus (DK) Aku Masuk ITB (AMI ITB) ini di SMKN 1 Ngabang, kabupaten Landak Kalimantan Barat.
Total 300 siswa/I begitu antusias mengikuti sosialisasi tim Borneo Katulistiwa. Jika kebanyakan siswa/I SMK berkeinginan untuk kerja dan dituntut kerja, dengan adanya program ini mereka menjadi memiliki harapan untuk bisa melanjutkan kuliah. Terlebih ada peluang bagi mereka untuk memperoleh beasiswa, tentu dengan catatan prestasi yang layak uji.
Atambua
Sehari sebelumnya di Atambua, 10 Januari 2016. Suhu bertengger di 82° Fahrenheit. Kota yang terletak di Pulau Timor Provinsi NTT ini berada di tengah-tengah perbukitan, dan berbatasan langsung dengan Timor Leste. Dengan suhu yang bisa dibilang lebih bersahabat dibanding dengan kota yang kami kunjungi sebelumnya, mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai peternak.
Hari ini adalah hari pertama kami di Kota Atambua. Kami Tim Kaka Timor & Nona Flores bersosialisasi dengan masyarakat sekitar Atambua dan melakukan beberapa aktivitas bersama. Kami juga menyempatkan diri untuk melintasi perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Banyak hal yang bisa kami pelajari dengan berinteraksi langsung bersama mereka.
“Tak perlu ke perbatasan untuk mengetahui rasanya diasingkan. Tak perlu perpecahan untuk mengerti rasanya trauma. Tapi, kita perlu mencoba untuk memahami artinya cinta. “
(Rohman Ikhwani (Borneo), Andry Deni Wardhana (Atambua)/ BPB/ SFNewsRoom)