SF-UPDATES,– Menggambarkan bumi Nusantara, serupa berkisah mengenai kebesaran Sang Maha. Tak hanya melimpah dengan kebudayaan, tradisi, dan suku bangsa, Indonesia juga tersohor dengan alamnya yang elok dan subur. Hijau menghampar dari Sabang hingga Merauke. Sedap dipandang mata.
Namun, sejauh mana kondisi ini akan bertahan, seiring dengan kawasan pemukiman dan industri yang terus menggerus lahan hutan dan air? Berbicara di lingkup lebih kecil, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jabar 2013-2018 saja, Jawa Barat kawasan lindung dan hutan terus dalam tekanan. Kerusakan hutan dan lahan kritis terjadi di mana-mana.
Isu ini menjadi sorotan banyak pihak, tak terkecuali Sinergi Foundation. Adalah melalui budidaya bambu, kami menggiatkan ikhtiar melestarikan bumi. Sebab menurut pakar taksonomi bambu Indonesia, Prof. Elizabeth A. Widjaja, bambu adalah alternatif untuk menyelamatkan bumi. Bambu mampu mencegah erosi tanah, yang menyebabkan bencana alam. Dalam penelitiannya, ia menyebut bambu mengurangi erosi tanah sebanyak 4.235 ton per km2 menjadi 436 tons per km2.
Pun, bambu juga sangat bermanfaat sebagai filter air ketika sebagai tanaman hidup maupun ketika bambu dibuat arang untuk memfilter air menjadi jernih. Meski hanya sekelumit ikhtiar, Sinergi Foundation mencanangkan Lumbung Bambu yang menjadi irisan dari program Lumbung Desa sebagai bentuk kasih terhadap bumi ini.
Dalam hal ini, kami berkolaborasi dengan Yayasan Selaawi Reksamandiri, yang sama-sama bercita-cita mengembangkan budidaya tanaman satu ini di salah satu wilayah Garut yang kaya dengan potensi bambu, yakni Desa Samida, Selaawi Garut. Sebuah sinergi yang fokus sepenuhnya pada maslahat bagi masyarakat sekitar, menyalurkan dana umat melalui program Lumbung Bambu.
Dan terpenting dari segala hal tersebut adalah pemberdayaan masyarakat. Para petani diajak turun langsung untuk mengoptimalkan potensi desa mereka. Dalam kurun waktu sebulan, kami telah sama-sama menanam bibit bambu yang hendak dikembangkan, sekaligus mengedukasi mereka dengan mengundang sang pakar bambu, Prof. Elizabeth A. Widjaja.
Pembenihan hanya tahap awal. Kelak, jika program ini terus bergulir, lebih lanjut pengolahan bambu harus terus dikembangkan, agar masyarakat bisa merasakan nilai tambah dari bambu. Ada banyak jalan, bisa dimulai dengan membuat produk, yang mengasah kreativitas. Bambu bisa dijadikan produk souvenir, kerajinan tangan, bungkus makanan, bahkan pangan rebung di rumah makan.
Tentu, dalam program pemberdayaan Lumbung Bambu ini, masyarakat adalah aktor utamanya. Sinergi Foundation hanya pemegang skenario, yang menuntun masyarakat mencapai visinya. Kami ingin bersama-sama mengembalikan desa berdaulat dan bermartabat, tidak tergantung dengan orang lain. Sejahtera dengan peluhnya sendiri.
Hanya sebagian kecil dari ikhtiar menghijaukan bumi. Namun, insya Allah akan terasa manfaatnya di masa mendatang. Karenanya, kami mengajak seluruh kaum Muslimin untuk bergabung bersama dalam program Lumbung Bambu. Menyalurkan sebagian hartanya demi bumi yang lebih baik, dan tentu demi kesejahteraan sesama saudara seiman. []