SF-UPDATES,– Angka kematian ibu melahirkan di Jawa Barat masih tinggi. Tahun 2015, jumlah bayi meninggal mencapai 4 ribu. Menurut Kepala Dinas Kebersihan Jabar, dr. Alma Lucyati, hal ini ditenggarai oleh berbagai macam sebab, salah satunya pemahaman mengenai perencanaan berkeluarga yang masih minim.

Ia menuturkan, sejumlah 25% usia produktif warga Jawa Barat, hanya sekelumit saja yang memahami peran sebagai pendidik calon generasi bangsa. Jumlah ini terutama diliputi oleh dhuafa, yang menurutnya menikah muda tanpa benar-benar tahu tugas sesungguhnya.

“Rata-rata usia menikah di Jawa Barat itu 16-17 tahun. Tapi siapkah mereka untuk menjadi ibu? Mereka umumnya tidak paham, kehamilan itu ada aturannya. Usia kehamilan sekian seharusnya berbuat apa, juga menjelang melahirkan bagaimana,” katanya, dalam acara Tausiyah dan Talkshow Parenting 12 Tahun RBC “Dedikasi untuk Ibu dan Generasi”, di Masjid Trans Studio Bandung, Selasa (25/10/2016).

Ia pun berkisah saat ia menjadi dokter di puskesmas sebuah daerah. Dr. Alma menangani pasien muda yang tengah hamil anak kesembilan. Pasien tersebut berisiko tinggi anemis-hipertensi. Usai melahirkan, anak yang dikandungnya selamat. Namun delapan jam berikutnya, sang ibu tak bisa diselamatkan sebab hipertensi yang dideritanya.

Dr. Alma menegaskan, tentu kematian adalah takdir dari Allah. Namun yang menyebabkannya, bisa diantisipasi. Andai sang ibu tersebut memiliki pengetahuan cukup tentang kesehatan, tentu penanganannya akan lebih cepat.

Sebab itulah, ia menilai sangat perlu edukasi dan sosialisasi parenting pada masyarakat. Perlu disiapkan mental-mental orang tua di tengah masyarakat, juga bagaimana masing-masing peran suami dan istri. Dr. Alma mengatakan, dalam hal ini, negara tak bisa bergerak sendiri. Ia pun bersyukur dengan keberadaan Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC) sebagai mitra pemerintah.

“Saya sangat apresiasi RBC yang telah 12 tahun terdepan dalam tataran praktik, mengurusi umat. Tak hanya membantu persalinan, namun juga edukasi pada masyarakat awam terkait kehamilan,” katanya.

RBC sendiri, telah menangani 113 ribu kasus ibu dan anak, dan menolong lebih dari 6 ribu mustahik dari kalangan papa. Selain pelayanan melahirkan, berbagai kegiatan edukasi kesehatan, ekonomi, dan spiritual berbentuk pemberdayaan digalakkan. Kegiatan tersebut baik berupa konsultasi kesehatan, senam hamil, yoga, pengajian pekanan, program Sapa Warga, serta pelatihan menjahit dan kuliner.

“Tujuan kami, menciptakan generasi yang kuat secara fisik, dan mental,” kata manager fundraising RBC, Taufik Hidayat.

Dr. Alma pun berharap, RBC bisa menjadi percontohan bagi umat Islam lainnya, untuk lebih peduli pada kondisi kesehatan para dhuafa. Hingga kemudian, seluruh elemen masyarakat dan pemerintah bisa bersama-sama menebar manfaat bagi kaum papa ini.

Reporter: Aghniya

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!