SF-UPDATES,– Salah satu anggota tim Lumbung Desa, Suriyah, membagi pengalamannya kala berkunjung ke Lumbung Desa Ciwangi, tepatnya kelompok tani Kerta Rahayu di Kampung Poronggol. Berikut cuplikannya:

“Alhamdulillah, kami sampai juga di lokasi setelah melewati jalan yang terjal dan berliku, juga tak disangka-sangka berhadapan dengan mobil pengangkut padi.  Lumayan deg-degan untuk mundur atau memarkirkan mobil, mencari posisi yang bisa dilewati dua mobil dimana kiri-kanannya sudah tak ada badan jalan lagi (diisi sawah dan sungai kecil). Kemungkinan tigejebros bisa saja… Tapi alhamdulillah atas pertolongan-Nya, tepat azan magrib Selasa, 22 agustus 2017, kami selamat dan bisa bersilaturahmi dengan kelompok tani Kerta Rahayu di kp. Poronggol Desa Ciwangi.Ini merupakan salah satu Kelompok Tani (poktan) yang sedang didampingi Sinergi Foundation. Dalam pertemuan ini, dihadiri oleh 16 anggota Poktan. 

Kami, tim LD, memberikan edukasi tentang hama penyakit yang muncul pada tanaman padi, diantaranya: 1. Bulirnya hampa 2. Tikus 3. Hama merah 4. Hama putih 5. Air berkarat.

Dengan bekal ilmu pertanian yang didapatkan salah satu anggota tim, Sudisto pada pertemuan ini, peserta diajak untuk aktif berdiskusi sembari mencari solusi cara mengendalikan hama dan penyakit yang bermunculan.  Dalam pembahasan ini saya menemukan ilmu baru, terutama dalam pengendalian tikus, yang ternyata dinyatakan dalam suatu hadist bahwa tikus memang halal untuk dibunuh. Akan tetapi, untuk membunuh hewan itu ada adabnya, diantaranya tidak boleh menyiksa, dan tidak boleh membakar. Selain itu kami dikenalkan dengan sifat-sifat tikus.

Esok paginya, kami terus lanjut melakukan pendampingan administrasi di bidang bisnis yang sedang dijalankan poktan. Kami juga turun ke sawah untuk melihat kondisi di lapangan.

Di waktu luang, seraya berdiskusi, kita menonton video dokumentasi suatu desa yang bisa mempertahankan ketahanan pangan dengan satu kali panen pertahun. Pun, mereka memiliki cadangan padi yang cukup sampai 3 tahun untuk masyarakatnya yang sebanyak 30.000 jiwa. Mereka mempertahankan adatnya yang tidak menjual padi, karena mereka menganggap padi sebagai sumber kehidupan. Kami harap kisah ini bisa menginspirasi teman-teman di Ciwangi. []

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!