SF-UPDATE —Kenangan itu memang seperti sayatan sembilu. Namun Najah berusaha tegar. Tak lama, diusapnya bulir bening itu, untuk kemudian berganti senyuman. “Terima kasih Indonesia, kurban ini menguatkan kami,”
Rintik-rintik hujan di wilayah Narathiwat kampung Damabua, Patani Darussalam. Orang-orang menyemut, berdesakan mengisi tenda, sambil mendengarkan paparan Road4Peace yang disampaikan sangsekjen, Mustapha Mansoor. Tetesan hujan semakin deras, membasahi setiap jengkal tanah di kampung Damabua.
Di belakang Mustapha Mansoor yang sedang berkisah, seorang anak kecil sepinggang orang dewasa dengan sepeda birunya tampak asyik melihat kerumunan warga dalam tenda. Dalam basah, rambutnya menggaris turun rapi, meneteskan bulir-bulir air yang terus mengucur dari langit. Dengan lugu, ia duduk di atas sepedanya, yang kemudian membetotperhatian warga.
Seorang wanita muda, datang memanggil sang bocah, lalu merengkuhnya.Dalam kuyup, diajaknya Wildan, nama sosok mungil itu ke dalam tenda di mana para wanita berkumpul, meski tak lama. Jengah di tenda, bocah luguitu pun kembali ke dalam pelukan sang hujan yang menetes, membuat tanah semakin berlumpur.
Semua warga memandang penuh iba, bocah kecil dengan tetesan air hujan disekujur tubuhnya. Tak ada sosok ayah yang akan menggendongnya kala hujan tiba.Sosok yang tak masuk dalam memori sang bocah. Hanya sang Ibu, Najah yang dengan lembut mengasuh Wildan sendirian.
Lalu, kemanakah sang Ayah pergi?
Patani, selalu menyimpan kenangan tersendiri tentang perjuangan warganya yang tertindas melawan kezaliman.Termasuk kezaliman yang menimpa ayahanda Wildan, tiga tahun ke belakang.
Najah, wanita berusia 28 tahun itu tak menyangka bahwa suaminya demikian cepat meninggalkan dirinya danbuah hati mereka. Selepas santap siang,dengan mata berkaca-kaca, wanita muda yang kini menyandang status janda itu berucap lirih kepada Road4Peace, sembari mengingat kenangan manis bersama suami tericinta, M Syukri bin H. Ismail yang ditembak tentara rezim Kerajaan Thailand :“Terima kasih atas kedatangan Road4Peace ke sini. Saudara-saudara yang datang dari jauh, sungguh menguatkan kami.”
Memori tiga tahun ke belakang, kembali menyeruak. Saat Najah bersama suami tercinta baru saja merajut rumah tangga. Rezim tiran yang berkuasa, dengan tuduhan sumir yang dibuat-buat, memaksa sang suami masuk ke balik jeruji besi selama tiga tahun.
Selepas keluar dari penjara, suaminya berbisik pelan.Pesan yang begitu terngiang dalam kenangan Najah : “Mungkin tidak lama, bisa jadi dua tiga tahun kita tak bisa bertemu lagi,” tiru Najah mengenang. “Ternyata firasat suami saya benar. Tak sampai tiga tahun, suami saya ditembak saat pulang dari Pasar,” kenang Najah.
Usai berbelanja bersama, pasangan suami istri ini pun bersua dengan sang buah hati, Wildan yang saat itu baruberusia enam bulan. Tak disangka, hari itu ialah hari terakhir mereka berjumpa. Tentara Rezim tanpa tedeng aling-aling menyerang M Syukri, hingga Najah pun menyandang status Janda, dan sang buah hati menjadi Yatim, adanya kini.
Najah tidak sendiri, di kampung Damabuah, ada beberapa warga lainnya yang memiliki kisah serupa, yang sekarang berkumpul di hadapan kami, tim kemanusiaan Road4Peace Indonesia yang berkurban di Patani. Sambil menggendong bocah kesayangannya, ia lanjutkan kisahnya.
“Saat itu saya hanya bisa menangis, dan berdoa,” kata Najah di tengah gerimis yang seakan mengiris hatinya. Satu tahun berlalu, penuh air mata janda dari suami yang dikenal sebagai guru ngaji madrasah kampung itu.
”Sangat sulit..berat..” sambil berdiam sejenak, dan mata semakin membening membentuk bulir yang berkumpul di sudut matanya.
Kenangan itu memang seperti sayatan sembilu. Namun Najah berusaha tegar. Tak lama, diusapnya bulir beningitu,untuk kemudian berganti senyuman. “Sekarang saya sudah lebih kuat dan mengikhlaskan, bahwa ini ujian Allah, dan dengan pemaparan tadi dari kawan-kawan jauh, saya merasa ini sangat meringankan,” katanya. “Terima kasih Indonesia, kurban ini menguatkan kami,” lanjut Najah, lirih.
Najah, di tengah kampung yang begitu jauh dari jalan Kota Narathiwa, kini tak lagi sendiri. Momentum kurban, berdatangan pula kepedulian dari saudara seiman di negeri jiran, Indonesia.Semoga kian menguatkan komitmen mayarakat Indonesia, bahwa di sudut negeri lain, terpisah laut dan daratan, ada saudaranya yang membutuhkan.
“Kami jadi tidak merasa sendiri, ada saudara-saudara kami. Ini kali pertama di datangi seperti ini. Saya hanya bisa mengucapkan berjuta terima kasih, membuat kami tidak takut lagi akan ancaman dan kezaliman,” kata Najah dengan mata kembali berkaca.
“Mohon doanya dari Indonesia agar kami semakin kuat, insya Allah dengan kebersamaan dan persaudaraan kita di Nusantara, kami tak lagi sendiri,” ucap Najah sambil mengasuh kembali Wildan di tengah gerimis yang semakin senyap. Kelamnya langit, berganti kemuning senja yang semakin cerah.
Pun semoga, begitu pula dengan Patani. Kelam yang kini menyelimuti berganti dengan kemuning emas yang begitu cerah, secerah hari ini. Di tengah kemuning senja, Wildan pun kembali bermain, menatap masa depan.Melanjutkan perjuangan rakyat Patani melawan kezaliman. Semoga.Aamiin.
Tentang Road4Peace
Road4Peace sendiri merupakan gerakan kolektif Organisasi Kemanusiaan sejagat, berupa aksi solidaritas damai, pembelaan hak azasi kaum muslimin yang tertindas, di pelbagai sudut dunia. Terhitung sejak 2012, pelbagai misi kemanusiaan di negeri-negeri muslim yang tengah dilanda bencana kemanusiaan, semisal: Suriah, Mesir, Palestina, Indonesia, Malaysia Rohingya, Patani, Road4peace bergerak.
Tergabung dalam gerakan ini, pelbagai NGO Nasional dan International, termasuk Media-media Islam, antara lain: Pertubuhan Madani Malaysia (MASSSA), Road4Peace Malaysia, Road4Peace Indonesia, Road4Peace Suriah, Road4Peace Mesir, Road 4Peace Turki, Hilal Ahmar Society, Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) yang terdiri dari gabungan 20 organisasi keislaman di Indonesia, Sinergi Foundation, Syam Organizer, Misi Medis, Care For Syam, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang terdiri dari gabungan jurnalis media Islam (Islampos.com,Kiblat.net, Hidayatullah.com, tabloid Alhikmah dan Alhikmah.co, Bumisyam.com, Suara-islam.com, Arrahmah.com), dan beberapa lainnya.
(Laporan jurnalis Alhikmah Rizki Utama, dalam misi Road4Peace di wilayah konflik dan minoritas muslim Asia Tenggara)