Pendidikan adalah hak setiap insan. Dengannya generasi kita bisa menyemai harapan. Menuntut ilmu, meretas hari depan.
Orang tua mana yang tak ingin anaknya mendapat pendidikan yang layak? Lihatlah, di pelosok Garut Selatan, Jawa Barat. Demi menjemput ilmu di bangku sekolah, anak-anak di desa Mekar Wangi, Cibalong, harus berjibaku dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas. Jalan setapak penuh bebatuan, ditempuh dengan berjalan kaki, tanpa alas kaki. Belum lagi ketiadaan jembatan penghubung antar kampung, memaksa mereka menantang maut, menyeberangi sungai Cibaluk yang cukup lebar, dengan arus yang begitu deras, untuk sampai tujuan. Bayangkan saat siang atau sore hari, mereka harus pulang dengan rute yang sama. Kembali menantang maut, lantaran banjir bandang bisa saja setiap saat menerjang.
Betapa alas kaki, begitu berarti bagi anak-anak di wilayah tadi. Hal kecil bagi yang berpunya, tapi bermakna besar bagi mereka yang serba tak ada. Buku pelajaran? Apalagi! Sekolah mungkin bisa saja mendatangkan dari penerbit, tapi apa bisa memberikan begitu saja secara Cuma-Cuma? Apa iya ada dana operasional untuk pembelian dan distribusi dari penerbit ke wilayah setempat? Belum lagi saat masa pendaftaran sekolah tiba seperti saat ini. Orang tua di tempat-tempat seperti itu, yang anaknya beranjak dari sekolah dasar ke sekolah menengah, pun jenjang selanjutnya, tengah galau memikirkan biaya yang harus segera dipersiapkan. Untuk seragam sekolah, uang daftar ulang, tas, sepatu, dan perlengkapan penunjang proses pembelajaran lainnya.
Kondisi demikian kerap menjadi pertimbangan orang tua di wilayah-wilayah semisal, yang minim secara ekonomi, untuk menunda keinginan si buah hati melanjutkan sekolah. Jangankan untuk biaya sekolah, kebutuhan harian pun belum tentu tercukupi dari nafkah.
Tahun 2012 lalu, UNICEF meliris laporan tahunan yang demikian mencengangkan. Masih 2,3 juta anak usia 7-15 di negeri ini tidak bersekolah. Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dimana terdapat sebagian besar penduduk Indonesia, ada 42% anak putus sekolah.
Meski secara keseluruhan angka masuk sekolah dasar cukup tinggi, sebuah kajian tentang Anak Putus Sekolah yang dilakukan bersama Kementerian Pendidikan, UNESCO, dan UNICEF di tahun sebelumnya, 2011, menunjukkan bahwa 2,5 juta anak usia 7-15 tahun masih tidak bersekolah. Kebanyakan dari mereka putus sekolah sewaktu masa transisi dari SD ke SMP.
Melihat fakta demikian, aksi nyata apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan generasi kita? Jangan biarkan Ramadhan kita kali ini berlalu begitu saja, tanpa makna.
Sekolah untuk Semua. Sebuah program yang digagas Dompet Dhuafa Jabar – Sinergi Foundation sebagai ikhtiar penyelamatan generasi bangsa dari ancaman putus sekolah. Ikhtiar yang diberikan antara lain: bantuan bea masuk sekolah, kebutuhan dasar dan penunjang penyelenggaraan proses pembelajaran (bantuan tunggakan spp, bantuan tebus ijazah, seragam, buku, sepatu, dan lainnya). Sampai kini sejak kali pertama digulirkan, ribuan siswa-siswi mulai tingkat SD, SMP dan SMA (sederajat) dari kalangan dhuafa telah merasakan manfaatnya. Ayo,selamatkan generasi kita.
Selamatkan Generasi Kita
Sebanyak 756 siswa/i yang akan melanjutkan sekolah kejenjang SMP/SMA atau sederajat akan menerima bantuan pendidikan dari Dompet Dhuafa Jawa Barat-Sinergi Foundation melalui program Sekolah Untuk Semua, Acara diselenggarakan di Balai Pertemuan UPI, Sabtu (12/7/2014).
Insya Allah, rangkaian acara dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Bandung, Bapak DR. H. Elih Sudia Permana, M.Pd., dipandu MC Urban dan juga akan disuguhkan “Inspiring” bersama Kang Asep Wahidin al-Mufiid (Master Trainer & Writer di Insan Muda Emas), Inspirasi ini disuguhkan sebagai motivasi bagi para penerima manfaat agar tetap menjaga semangat untuk melanjutkan pendidikan baik secara formal maupun non formal.
Para penerima manfaat ini berasal dari berbagai sekolah negeri dan swasta di Jawa Barat yang tersebar di Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Cimahi, Garut, Cirebon,Tasikmalaya, Bogor, Cianjur dsb.
Dengan rincian jumlah penerima: SMA sebanyak 213 Orang, SMK sebanyak 233 dan SMP/Sederajat sebanyak 310 orang. Adapun pembukaan penerima seleksi ini dimulai pada tanggal 02 Juni sd. 21 juni 2014 lalu. Tahapan seleksi yang dilakukan meliputi seleksi administrasi, home visit (survey) dan rapat pleno sebagai keputusan final dalam menentukan jumlah biaya bantuan dan penerima.
Jumlah nilai bantuan sekolah untuk semua berbeda pada setiap tingkat. nilai bantuan yang diberikan bervariasi dari Rp. 300.000,- sd. Rp. 1.500.000,-.
Menurut Saji Sonjaya Empowering Manager, dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat yang terbantu dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sesuai keinginan donator yang menitipkan dana ZIS-nya untuk kemaslahatan ummat akan tercapai, terutama bagi mereka yang peduli pada bidang pendidikan.