Malam itu (15/1), mungkin mereka masih terlelap dalam tidurnya. Tiba-tiba tanpa aba-aba gempa bumi mengguncang Mamuju & Majene. Mereka berhamburan keluar rumah. Berlari dan menangis ketakutan.
Ada yang teriak menangis sembari berlari mencari orangtuanya, ada pula yang tak sempat keluar rumah sampai bangunan menimbun tubuh mereka yang masih belum berdaya.
Entah apa yang mereka rasakan saat itu. Bagaimana di usia mereka yang masih dini, harus mengalami bencana yang sebelumnya tak pernah mereka duga.
Bencana yang menimpa anak, umumnya akan menimbulkan trauma yang memicu mereka untuk memberikan respon baik secara psikologis maupun emosional. Oleh karena itu, pendampingan trauma healing pasca bencana terjadi sangat penting untuk menghilangkan trauma pada anak.
Relawan juga berperan penting dalam membangkitkan semangat anak-anak kembali. Seperti yang tim Sinergy For Humanity lakukan pada Jum’at lalu (22/1), dengan melakukan trauma healing dan meminta mereka untuk menulis doa & harapan masing-masing terkait bencana ini.
Ada Bilal, siswa Sekolah Dasar, yang amat mengharapkan kondisi segera pulih dari gempa agar ia bisa kembali bersekolah. Adapula Nurul Yanti, yang berharap kampung tempatnya segera pulih dari bencana. Sehingga ia bisa kembali bermain seperti biasanya.
Juga anak-anak lain, yang begitu antuasias berharap dapat kembali ke rumah-rumah mereka. Sehingga mereka tak lagi kesulitan untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Begitu banyak harapan yang dituliskan seluruh anak-anak ini. Semoga bisa menjadi doa guna mempercepat proses pemulihan, aamiin.
Yuk #SiapBeramal dengan bangun Rumah Tumbuh bagi penyintas gempa Mamuju. Sahabat bisa menyalurkan donasi terbaiknya melalui link ini.