Badan Wakaf Indonesia (BWI) mendorong dibangunnya pemanfaatan wakaf untuk layanan kesehatan bagi masyarakat. Sehingga, biaya rumah sakit bisa terjangkau khususnya bagi masyarakat kelas menengah bawah.
Ketua Umum BWI, Mohammad Nuh mengatakan, selama ini pemanfaatan wakaf hanya digunakan untuk pembangunan masjid, musholla, dan pendidikan. Padahal, secara umum pemanfataan wakaf digunakan untuk kesejahteraan dan kemashalatan umat.
“Hampir 90 persen wakaf untuk pembangunan masjid, mushola, makam, pendidikan maka harus ditingkatkan. Selama memiliki fungsi kesejahteraan, tapi juga ada kesehatan dengan membangun rumah sakit,” ujarnya dalam acara International Islamie Healthecare Conference and Expo Mukisi, di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pemanfataan wakaf di Indonesia baru berkembang untuk layanan kesehatan. Sebab itu, untuk memaksimalkannya, dia mengimbau semua pihak bisa secara kreatif mencari sumber perwakafan untuk kemashalatan umat. Sehingga esensi wakaf bisa menjadi nilai tambah bukan hanya sekedar keabdian aset.
“Kita harus cerdas, kreatif mencari sumber perwakafan tidak konservatif, begitu juga pengelolaannya dan pengguna,” ujarnya.
Pun, tak ketinggalan, Sinergi Foundation pun menjadi salah satu penggerak wakaf kesehatan ini. Setelah 13 tahun bergerak melalui Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC) untuk kaum pinggiran, Sinergi Foundation hendak menebar manfaat lebih luas dengan membangun Rumah Sakit Wakaf Ibu dan Anak.
CEO Sinergi Foundation, Ima Rachmalia berharap RSWIA menjadi wasilah agar Sinergi Foundation dan segenap donatur bisa meneruskan dedikasi untuk ibu dan generasi.
“Komitmen kami untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, berkhidmat, dan menebar manfaat pada sesama, terutama pada dhuafa,” tandasnya. []
(rol/dbs)