Rasanya baru kemarin ia datang, tapi kini sudah beranjak dari hadapan. Tinggal sesal diri di palung hati, “Apa iya, tahun depan masih ada kesempatan?”

Allahu Rabbi, maafkan kami. Juga kepada segenap insan peduli yang titipkan amanahnya ke lembaga ini, Sinergi Foundation (SF). Sedemikian akut problem akar rumput, hingga apa yang bisa kami lakukan, sebatas ikhtiar di tengah segala keterbatasan. Memungut keping harapan, lewat program- program yang dibingkai dalam tema Ramadhan #BerbagiBersinergi.  Berbagi, sekaligus bersinergi, tebar kebaikan seluas-luasnya, yang berdampak kemanfaatan yang besar bagi umat, utamanya masyarakat pinggiran.

Sekadar merefresh memori, #BerbagiBersinergi harapan kami bukan belaka filosofi. Ia adalah aksi nyata, menganyam asa untuk sesama. Merangkai keping kebaikan, tabungan kita membangun istana keabadian. Energi untuk pencapaian hakiki. Pencapaian yang tak belaka menyentuh aspek horisontal, sesama manusia. Pun yang transendental, Allah Subhanahu wata’ala. Seperti apa bentuk ikhtiar yang dilakukan selama Ramadhan? Silahkan simak di halaman “Kabar Sinergi” setelah ini.

Yang jadi tantangan adalah, merawat spirit #BerbagiBersinergi selepas Ramadhan. Seperti celoteh seorang jamaah shalat tarawih saat melihat antusiasme di awal bulan, namun lambat laun menyusut, hingga tak sampai separuh di pengujungnya.

Ini yang bikin deg deg-an, walaupun tak terlekkan. Dipandang dari aspek manapun, Ramadhan memang sungguh Istimewa. Termasuk soal spirit #BerbagiBersinergi masyarakat kita ini. Tapi jika kita yakini Ramadahan adalah madrasah kebaikan, yang idealnya mencetak pribadi-pribadi mukmin, muttaqin, maka apa yang seharusnya terjadi setelahnya?

Sederet tanya sebagai bahan refleksi tentu harus dijawab apa adanya, bukan apa maunya. Selepas Ramadhan yang mulia itu beranjak dari hadapan, apakah kemiskinan kemudian tetiba lenyap begitu saja di sudut-sudut sana? Apakah kita termasuk pribadi mukmin, muttaqin, tatkala masih ada tetangga sebelah rumah, atau sebelah komplek perumahan mengais- ngais tong sampah, sekadar mencari remah-remah sisa untuk mengganjal perut yang sudah lama tak bersua asupan?

Sudahkah kita termasuk alumni madrasah Ramadhan, ketika batin ini tak tersentuh mendengar buruh-buruh tani yang beras qualified-nya setiap saat kita nikmati, hanya mampu membeli beras miskin untuk makan sehari-hari?

Sudahkah kita tergolong pribadi mukmin, ketika tak hirau atas nasib sesama muslim yang terdera bencana kemanusiaan di sudut-sudut dunia? Rohingya, Suriah, Palestina, Somalia, Sudan, Nigeria, dan di berbagai belahan dunia lainnya?  Juga sederet pertanyaan serupa, bahan refleksi kita.

Selepas Ramadhan, spirit #BerbagiBersinergi tak boleh berhenti. Merawatnya tentu tak mudah, tapi bukan berarti mustahi dilakukan. Bukankah aksi adalah amal? Watilkal jannatullati uristumuha bima kuntum ta’maluun. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu karena perbuatan yang telah kamu kerjakan (QS Az Zukhruf: 72). Taqabbalallaahu minna wa minkum.

Ayo Berbagi untuk Manfaat Tiada Henti
Assalamualaikum, Sinergi Foundation!